Aku pernah menyajikan setangkup roti untukmu. Di dalamnya ada selai coklat yang kuoleskan dengan rasa cinta. Biar kamu merasakan manisnya hidup lebih dari sekedar coklat yang menyembul keluar diantara tumpukan dua lapisannya.
Kulihat wajahmu merona merah. Aku tahu itu bukan karena marah. Entahlah! Mungkin karena rasamu yang terbuai sebab perhatianku saja. Atau karena pesonaku yang meninggikan inginmu memelukku saat itu juga. Hanya Tuhan yang tahu rupanya.
Belum juga kau gigit roti itu. Kau sudah menarik lembut tanganku. Lalu kau minta aku duduk di sampingmu. Kuhirup aroma tubuhmu. Kau cium keningku. Hingga kau lupakan setangkup roti itu. Sebab hadirku membuai kehidupanmu, rayumu.
Sebentuk syukur kubersitkan padaNya. Bahagia mengunyah rayuanmu hari itu. Sebahagia potongan roti dalam gigitan pertamamu. Selapis pertama dengan rasa cinta. Selapis berikutnya dengan rayuan menggoda. Hingga aku terlena dengan setangkup roti dalam buaian kasih. Darimu selamanya.
Benuo Taka, 2 Pebruari 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H