Kuncup yang bersembunyi. Kelopak hijau merangkul lipatan mahkotanya dari sengatan dingin embun pagi. Di mana senyuman mentari mulai mengarak mimpi. Dan berita kesedihan prajuritnya tak pernah sampai ke telinga ratu lebah kali ini.
Kini kelopak Mawar merekah. Membagi daya tariknya lewat aroma mahkota. Wanginya laksana bebauan aroma therapi. Namun kisahnya tak pernah bisa dinikmati. Tersimpan sunyi dalam bilik hati. Tertutup pintu pintu besi. Mati suri.
Tiba tiba saja petalnya sayu dan melayu. Gugur bersama butiran butiran mimpi. Satu demi satu menuju pembaringan berdarah. Dalam genangan pekat semerah mahkota yang merekah. Meski durinya tak pernah bisa melukai.
Terjulur dengan segenap pinta. Periathium indah berpasrah diri. Melukis cahaya meski kibasan angin menyakiti. Sebab ada mimpi untuk esok hari. Mawar merah akan mekar kembali. Dari generasi fitrah yang tegar berdiri. Dengan tameng tameng berduri.
Benuo Taka, 3 Pebruari 2020.
Teruntuk Mawar, tetaplah tegar berdiri. Doa kami selalu menyertaimu.
Happy anniversary Mba Widz. Doaku beserta langkahmu. Sehat dan murah rezeki. Jangan lupa traktirannya dong
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H