Waras dan Lola sedang asik ngobrol di teras rumah Lola. Mereka sedang membicarakan masalah tumpang tindih lahan yang marak terjadi di kampungnya. Bukan hanya lahan kosong yang tumpang tindih, bahkan lahan pertanian, lahan pemakaman dan lahan perumahan pun sering tumpang tindih. Akibatnya kepala dusun hanya disibukkan dengan urusan tanah, mediasi sampai penyelesaian masalah yang kadang pelik sampai berbulan-bulan.
"La, kamu sudah dengar gosip terbaru kah?"
"Gosip apa?" tanya Lola penasaran.
"Kamu itu memang lola banget, berita yang lagi viral di kampung kita saja kamu telat dengarnya. Makanya pasang antena tinggi-tinggi."
Ah ... saya nggak suka membicarakan orang lain. Dosa, tau!"
"Bukan membicarakan orangnya tapi ini masalah tanahnya."
"Apaan tuch?"
"Itu ... lahan Pak Dirun yang di hibahkan untuk pembangunan mushola diakui sama orang lain. Orangnya malah sudah punya sertifikat sedangkan Pak Dirun baru segel."
"Jadi gimana, dong? Maka tahap awal pembangunannya sudah dimulai minggu depan."
"Itu dia. Orangnya itu bersikeras bahwa orang tuanya telah membeli lahan itu dari orang tua Pak Dirun jauh hari sebelum orang tua mereka meninggal. Sedangkan Pak Dirun tetap bertahan pada wasiat orang tuanya yang ingin tanah tersebut diwakafkan untuk pembangunan Mushola."
"Jadi apa solusi kepala dusun?"