Mungkin pembaca pernah mengamati gaya seseorang dalam memimpin seperti penulis gambarkan berikut ini. Kalau dilihat dari gaya kepemimpinannya, tampaknya si pemimpin tidak memiliki gaya kepemimpinan tertentu.
Sekali waktu sang pemimpin seperti sedang menerapkan gaya demokratis. Buktinya, ia bersedia mendengarkan dan mempertimbangkan pandangan para karyawan dengan sungguh-sungguh sebelum mengambil keputusan.
Namun, sesekali ia juga memberikan kebebasan kepada pengikut atau karyawannya untuk mengambil kesepakatan di bidang tertentu. Si pemimpin hanya menyetujui tanpa banyak mempertanyakan isi kesepakatan itu. Ia menerima, menyetujui, dan memutuskan apa yang menjadi kesepakatan bersama dari para karyawan.
Pada kesempatan lain, si pemimpin langsung memberi arahan dan perintah kepada seluruh karyawannya untuk melakukan tindakan tertentu dengan segera tanpa melalui diskusi apa pun. Kesannya seperti gaya otokratik.
Memahami Gaya Kepemimpinan Situasional
Uraian di atas mengantarkan kita pada gambaran tentang gaya kepemimpinan situasional. Lalu, apa sejatinya gaya kepemimpinan situasional (situational leadership) itu?
Kepemimpinan situasional adalah teori kepemimpinan yang menyarankan suatu gaya kepemimpinan yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Pemimpin situasional perlu mengenali tingkat perkembangan dan kesiapan anggota, karyawan, atau pengikut, kemudian memilih gaya atau model kepemimpinan yang paling tepat untuk diterapkan.
Situational leadership model ini dikembangkan pertama kali oleh Ken Blanchard dan Paul Hersey dengan nama Life Cycle Theory of Leadership. Kemudian teori ini berganti nama menjadi Situational Leadership Theory.
Teori kepemimpinan situasional muncul untuk menjawab pertanyaan paling klasik mengenai gaya kepemimpinan terbaik dalam organisasi.