Menjadi pendengar yang baik itu seperti apa sih? Mungkin demikian muncul pertanyaan segera setelah membaca judul tulisan ini.
Kalau dibahas lebih jauh, mendengar itu sejatinya tidak sekadar agar tampak mendengar. Tidak juga seakan-akan mendengar, melainkan mendengar dalam arti sesungguhnya: mendengar dengan baik.
Menjadi pendengar yang baik bertujuan agar pesan yang disampaikan oleh pembicara dapat dipahami dengan baik oleh si pendengar. Tidak terjadi bias informasi, tidak terjadi salah paham atau salah pengertian.
Tidak Diajarkan di Kampus
Untuk menjadi pendengar yang baik tentu tidaklah mudah. Diperlukan kemauan dan keterampilan dalam hal ini.
Sayangnya, kecakapan mendengar jarang diajarkan di sekolah atau di kampus. Yang sering diajarkan adalah bagaimana berbicara atau berpidato di depan umum. Bahkan ada banyak kursus yang menawarkan pelatihan public speaking.
Masyarakat pun akhirnya lebih tertarik balajar bagaimana menjadi pembicara yang mumpuni. Sebenarnya tidak ada yang salah, karena berbicara di depan umum itu sulit bagi kebanyakan orang.
Tidak demikian halnya dengan mendengar. Mendengar dianggap sebagai hal yang alami dan mudah karena setiap orang pada umumnya bisa mendengar.
Persepsi demikian menyebabkan orang lebih cenderung berlatih berbicara saja, sementara bagaimana menjadi pendengar yang baik kurang mendapat perhatian. Padahal, hal ini juga penting.
Urgensi menjadi pendengar yang baik dengan mudah bisa dilihat atau dibuktikan dalam komunikasi antarorang atau antarkelompok. Banyak masalah muncul berawal dari miskomunikasi atau kesalahpahaman.