Istilah frugal living belakangan ini semakin dikenal. Istilah ini dimaknai sebagai pola hidup hemat dalam keseharian. Orang yang baru mengetahui istilah ini bisa saja menyangka bahwa ini tidak beda dengan pola hidup pelit. Benarkah?
Frugal living merupakan pola hidup hemat, tidak boros. Artinya, setiap uang yang dikeluarkan mesti diperhitungkan dengan cermat, dipertimbangkan dengan baik. Tidak sekadar memenuhi keinginan untuk membeli ini-itu yang belum tentu dibutuhkan.
Keinginan versus Kebutuhan
Membahas hal ini, kita mesti memulainya dengan memahami konsep keinginan dan kebutuhan sekaligus mengenal perbedaannya.
Keinginan dalam konteks ini merujuk pada dorongan untuk memiliki, untuk membeli, untuk mendapatkan sesuatu tanpa pertimbangan. Hanya sekadar memenuhi hasrat berbelanja.
Di sisi lain, kebutuhan mengacu pada sesuatu yang benar-benar diperlukan dalam kehidupan. Tanpa barang tersebut, maka akan timbul kesulitan atau masalah.
Misalnya, kita menginginkan membeli baju baru. Padahal, kita sudah memiliki cukup banyak baju yang layak pakai bahkan beberapa diantaranya tidak pernah dipakai. Sebenarnya, tanpa membeli baju baru pun, kita sudah terlengkapi dengan baju-baju yang sudah banyak tersedia di rumah.
Sebaliknya dengan kebutuhan. Misalnya, kita sudah memiliki satu pasang sepatu olah raga dan sepasang sepatu kantor. Tetapi, belakangan, sepatu kantor yang kita gunakan sudah memperlihatkan tanda-tanda mengelupas, mulai rusak. Nah, kemudian, berdasarkan kebutuhan, kita pun memutuskan untuk membeli sepasang sepatu kantor lagi sebagai pengganti.
Pada intinya, keinginan itu tanpa pertimbangan yang mendasar dan sekadar mengikuti hasrat berbelanja, sedangkan kebutuhan berdasarkan pertimbangan yang matang. Gaya hidup frugal living itu berdasarkan kebutuhan, bukan keinginan.
Lalu, apa saja yang bisa dilakukan untuk menerapkan frugal living atau hidup hemat dalam keseharian?