Anda mungkin pernah melihat ada perpustakaan desa dan sekolah yang mirip dengan gudang.
Anda pun mungkin melihat perpustakaan itu terdiri dari buku-buku lapuk, berdebu, nyaris tak pernah disentuh.
Dan, Anda mungkin pernah melihat perpustakaan ditangani sebagai pekerjaan sambilan dan ala kadarnya.
Ya, seperti itulah fenomena banyak perpustakaan zaman dulu. Banyak yang tak terawat, banyak yang tidak dikelola dengan baik, dan banyak juga yang 'tersudutkan'.
Nah, bagaimana keadaannya kini? Saya melihat perpustakaan mulai mendapat perhatian. Kalau ada di sekolah, perpustakaan mendapatkan atensi dari kepala sekolah. Kalau perpustakaan di desa atau kelurahan, mendapatkan atensi dari kepala desa atau lurah setempat.
Lalu, bagaimana membayangkan wajah masa depan perpustakaan sekolah dan desa di negeri ini? Adakah akan semakin maju atau sebaliknya kian mundur dan terlantar?
Saya termasuk orang yang optimis bahwa perpustakaan akan mendapatkan tempat yang penting dan strategis sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan. Di beberapa perpustakaan, saya perhatikan sudah dilakukan banyak pembenahan.
Pertama, perpustakaan tidak lagi pasif menunggu pemustaka datang.
Kalau ada perpustakaan dengan pola pasif berarti pengelolaan perpustakaannya masih kuno, belum mengadopsi kemajuan sama sekali.
Sudah saatnya perpustakaan bersikap proaktif menemui pembacanya. Seorang pengelola perpustakaan tidak boleh lagi duduk diam di ruangannya menunggu pemustaka hadir. Melainkan, aktif berpromosi dan mengajak para calon pemustaka untuk membaca buku. Pengelola mesti aktif mendorong peningkatan kegemaran membaca buku masyarakat sekitarnya.