"Saya akan bekerja keras agar anak-anak saya hidupnya baik dan bahagia. Saya tidak mau anak-anak mengalami penderitaan seperti yang pernah saya alami dulu."
Anda pernah mendengar kata-kata orangtua seperti itu? Atau, bahkan Anda sendiri yang mengatakannya? Sebagai orangtua, Anda merasa memiliki kewajiban untuk memberikan bekal kehidupan bagi anak-anak semampu Anda.
Tujuannya tiada lain adalah untuk membuat anak-anak itu merasa tenang, aman, nyaman dan segala kebutuhannya bisa terpenuhi.
Begitulah pemikiran sejumlah orangtua. Sebuah pemikiran yang dipenuhi oleh semangat agar kehidupan generasi penerus di dalam keluarga menjadi lebih baik.
Berlatih Menderita?
Menghindari penderitaan adalah hal yang mustahil. Tidak ada kehidupan yang terdiri dari kesenangan-kesenangan, tanpa kesulitan. Sebaliknya, tidak ada kehidupan yang terdiri dari penderitaan melulu tanpa sedikit pun merasakan kesenangan atau kebahagiaan.
Oleh karena itu, ketika kehidupan kita kini relatif baik dan stabil dari segi ekonomi dan lainnya, maka perlu untuk melatih diri menghadapi hidup dalam penderitaan sebagaimana diajarkan dalam filsafat Stoisisme. Ya, melatih diri hidup dalam penderitaan.
Kalau boleh diandaikan dengan tentara, mereka berlatih justru di saat damai, bukan? Bukannya mereka berleha-leha saat tidak ada perang. Mereka berlatih keras dengan berbagai senjata di medan yang berat.
Maksudnya tiada lain adalah jika suatu saat keadaaan tidak lagi damai karena ada serangan musuh misalnya, maka mereka sudah siap untuk berperang. Jadi, mereka mesti bersiap-siap untuk berperang selagi negara dalam keadaan damai.
Seperti halnya para tentara, kita pun seyogianya berlatih menderita! Saya sering juga menyebut hal ini sebagai berlatih hidup prihatin! Hidup dalam kesusahan, kesulitan!