Bagi orang yang bergerak di bidang marketing atau pemasaran, penolakan konsumen adalah hal yang biasa. Apa yang ditawarkan, tidak dibeli oleh sang calon konsumen dengan berbagai alasan. Apakah sang marketing akan putus asa? Mungkin ya, mungkin pula tidak.
Tenaga pemasaran yang cerdas akan mendekati konsumen tidak dengan otak kosong. Artinya, ia mesti mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya ketika akan menemui dan mempresentasikan produk atau jasanya di hadapan calon konsumen. Jadi, ia harus menguasai dengan baik suatu produk yang hendak ditawarkan.
Tanpa penguasaan seperti itu, bagaimana calon konsumen bisa tertarik? Penguasaan terhadap apa yang hendak ditawarkan mutlak perlu. Inilah yang menjadi bekal petugas pemasaran ketika mendekati calon konsumen.
Akan tetapi, pada kenyataannya, penguasaan terhadap produk saja belumlah cukup. Diperlukan kemampuan yang jauh lebih luas.
Anda mesti menguasai ilmu psikologi komunikasi, terutama yang bersifat terapan. Dengan bekal ini diharapkan Anda akan mampu mendekati calon konsumen dengan lebih baik.
Salah satu yang harus dikuasainya yang berdasar pada ilmu psikologi komunikasi adalah teknik melobi.
Melobi dalam konteks ini diartikan sebagai cara untuk meyakinkan calon sasaran atau konsumen agar dengan kesadarannya sendiri memutuskan untuk menerima ajakan atau tawaran Anda, sebagai pelobi.
Untuk ini, seorang tenaga pemasaran akan bertindak sebagai seorang pelobi. Ia mesti menerapkan jurus lobi dengan baik ketika berhadapan dengan sasaran. Caranya, ia mesti mengetahui siapa calon konsumen produknya.
Dengan mengetahui latar belakang pihak yang disasar, maka diharapkan pendekatan yang dilakukan akan lebih baik. Peluang keberhasilannya pun lebih besar.
Terkait ini, di dalam ilmu Lobi dan Negosiasi, dikenal beberapa kepribadian atau sifat konsumen yang mesti dihadapi. Menghadapi setiap sifat atau kepribadian konsumen diperlukan jurus lobi yang berkesesuaian.
Mari kita bahas lebih detail tentang kepribadian calon konsumen dan cara pendekatan yang bisa dilakukan.