Dulu, dulu sekali, saya pernah diberikan sebuah buku oleh seorang sahabat. Judulnya Poor Boys Who Became Famous, karya Sarah K. Bulton.
Kendati sudah sangat lama, buku itu masih ada di meja baca saya hingga sekarang. Istimewanya, buku yang ada di tangan saya ini sudah dicetak untuk kelima puluh enam kalinya.
Tokoh-tokoh Dunia
Entah apa alasan sahabat saya memberi buku tersebut, kendati keadaan buku sudah tidak utuh lagi. Buku ini sudah tanpa kulit, halaman penerbit dan tahun terbitnya sudah tidak ada lagi.
Tetapi beruntung, isinya masih utuh dan masih bisa dibaca. Memang ada beberapa halamannya yang mulai kabur karena dimakan usia. Dan, setiap kali saya selesai membaca, saya mesti mencuci tangan, karena tinta cetaknya mengotori tangan.
Pembaca tahu, apa isi buku itu? Seperti digambarkan pada judulnya, buku itu berisi riwayat perjalanan hidup dan pemikiran tokoh-tokoh terkenal di dunia.
Untuk menyebut beberapa di antaranya adalah Benjamin Franklin, James Watt, Wolfgang Amadeus Mozart, Ezra Cornell, Abraham Lincoln, Charles Dickens, John. D. Rockefeller, Thomas Alfa Edison, dan Henry Ford.
Di antara riwayat tokoh tersebut, yang paling sering saya ulang-ulang membaca kisahnya ada empat, yakni Benjamin Franklin, Abraham Lincoln, John D. Rockefeller, dan Thomas Alfa Edison.
Begitulah awalnya ketika saya masih sangat belia. Saya juga menyukai buku-buku cerita, tetapi kalau harus memilih, saya lebih memilih buku-buku biografi, hingga sekarang.
Berangkat dari pengalaman membaca buku jenis ini, saya memetik sejumlah manfaat seperti berikut ini.
Pertama, mengetahui kisah hidup sang tokoh
Membaca buku biografi atau otobiografi, mengantarkan kita pada kisah hidup si tokoh. Seperti apa masa kecilnya, keluarganya, cita-cita, kehidupan remajanya, kehidupan dewasanya hingga menua, kita bisa membaca dari buku semacam ini.