Literasi. Kata yang satu ini belakangan semakin menguat saja. Pada banyak kesempatan, orang sering membahasnya, baik secara lisan maupun tertulis. Apakah ini pertanda kepedulian masyarakat kian menguat terhadap tumbuh-kembangnya praktik berliterasi di negeri ini? Apakah pembicaraan mengenai literasi berkorelasi positif dengan pelaksanaannya di lapangan?
Kita tentu berharap ada korelasi positif, apalagi mengingat jumlah perpustakaan di negeri ini sudah cukup banyak, kendati peningkatan minat atau kegemaran membaca mesti terus dipacu.
Memaknai Literasi
Pada awalnya literasi dimaknai hanya sebagai kemampuan membaca dan menulis. Sebuah pemaknaan yang sempit atau terbatas.
Dalam maknanya yang lebih luas, literasi menyangkut aspek yang lebih dari membaca dan menulis. Pengertian literasi dalam arti luas adalah kemampuan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah dalam tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Berangkat dari pengertian itu, literasi memiliki tahapan-tahapannya. Terdapat 4 tahapan atau tingkatan dalam berliterasi, dari mulai mengakses informasi sampai dengan yang sudah memiliki kematangan di dunia literasi. Mari kita bahas satu per satu.
Pertama, kemampuan mengakses sumber informasi.
Inilah tingkat pertama dari literasi. Pada tingkatan ini, orang diharapkan bisa mengakses sumber informasi atau pengetahuan. Hal ini penting karena menjadi prasyarat untuk meningkat ke tahapan literasi berikutnya.
Bagaimana kemampuan akses (ability to access) masyarakat kita terhadap sumber informasi, terutama buku? Apakah buku-buku yang tersedia dapat diakses dengan mudah dan cepat? Inilah persoalannya.