Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Atasi Kecenderungan Menjadi "Tsundoku" dengan Menulis Resensi Buku

Diperbarui: 12 Desember 2020   18:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi buku yang belum dibaca (dok.pribadi)

Ada tiga buku yang belum saya baca. Dua diantaranya sudah agak lama, satunya lagi baru dua minggu lalu saya beli dari toko buku. Ketiga buku itu sudah menunggu untuk saya baca.

Lantaran asyik pada tugas utama, asyik pula berkompasiana, dan dalih lainnya, akhirnya hingga saat ini ketiga buku tersebut belum tersentuh. Parah, kan?

Minat Membaca

Sebenarnya membaca buku adalah kegiatan yang sangat saya minati sejak anak-anak. Senang sekali rasanya berselancar di alam pikir para penulis melalui buku-buku mereka.

Mendapatkan pengetahuan atau ide baru dari membaca buku, alangkah menyenangkan. Paling tidak hal itu akan menambah referensi pribadi, bahkan bisa dimanfaatkan ketika hendak berbagi melalui kompasiana, misalnya.

Bagi sebagian orang, membeli buku tidak melulu untuk dibaca. Benarkah? Ya, benar! Orang seperti ini selalu merasa lapar untuk membeli buku.

Tetapi, anehnya, buku-buku yang dibeli sama sekali bukan untuk dibaca, melainkan untuk penghias meja atau rak buku. Salah satunya, rak yang ada di ruang tamu.

Ia senang melihat rumahnya dihiasi dengan buku yang berderet-deret rapi. Terkesan pemiliknya intelek dan bergaya modern.

Pertanyaannya, salahkah perilaku seperti ini: membeli buku bukan untuk dibaca, melainkan untuk penghias rak?

Saya pikir tidak. Sah-sah saja orang menentukan, mau diapakan buku yang dibelinya itu. Mau dibaca atau dipajang, no problem.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline