Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kompasiana Membuat Saya Selalu Berpikir dan Terus Mengasah Kemampuan Menulis

Diperbarui: 5 Oktober 2020   19:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis di Kompasiana (dok. pribadi)

Kompasiana sudah demikian dekat dengan kita, para kompasianer. Saking dekatnya dan sering bertemu, mungkin kita sudah jatuh cinta padanya. Bagaimana tidak jatuh cinta? Sehari tanpa bersua dengan kompasiana, kita sudah merasa rindu. Benar nggak sih?

Bagi sebagian penulis di sini, kompasiana adalah "sesuatu banget." Ya, sesuatu banget! Dikatakan demikian, karena ia memberikan kebermanfaatan yang cukup banyak kepada para kompasianer. Manfaat yang pasti dirasakan oleh kompasianer yang rajin menulis di platform bersama ini.

Saya mengemukakan dua manfaat saja untuk tulisan kali ini. Pertama, keharusan berpikir; dan yang kedua, keharusan mengasah kemampuan menulis. Kedua hal itulah yang akan kita lihat lebih jauh.

Mengasah Kemampuan Berpikir

Pertama, keharusan berpikir. Menulis bukan sekadar pekerjaan tangan, melainkan terutama pekerjaan dan kemampuan berpikir. Entah apa jadinya kalau menulis hanya menggunakan keterampilan tangan yang mengetik tanpa memakai pikiran. Mungkin nggak ya?

Karena harus menulis, maka kita harus berpikir. Kalau mau menulis setiap hari, ya, berpikir tentang topik yang hendak ditulis setiap hari juga. Begitulah yang saya lakukan. Setiap hari selalu berpikir atau merenungkan apa topik atau judul yang saya bisa siapkan untuk mengisi lapak ini.

Jangan membayangkan saya berpikir keras untuk hal yang satu ini. Cukup berpikir ringan dan santai saja. Tidak ngoyo. Tidak juga saya menyediakan waktu khusus untuk berpikir atau merenung mencari ide, apalagi mesti bertapa, misalnya, he he he. Berpikir sambil mengerjakan tugas lainnya pun masih bisa.

Sebentar kemudian, eh, sudah muncul sebuah ide menarik. Sudah ketemu topik yang pantas ditulis sehingga bergegas saya catat agar tak kabur. Dengan mencatatkannya, saya sudah mengikat ide itu sehingga ia tak bisa lari ke mana-mana.

Setelah menurunkan ke dalam bentuk tulisan dan meng-upload-nya, pikiran sudah plong untuk beberapa saat. Tak lama kemudian, berpikir lagi, apalagi ya topik yang akan saya tulis untuk artikel berikutnya? Begitu dan begitu terus.

Untungnya, sekali lagi, untungnya, saya diberkati Tuhan dengan ide-ide yang mengalir lancar ke ruang pikir dan rasa, seperti para kompasiner lain alami juga, sehingga saya bisa menulis secara berkesinambungan.

Topik yang saya dapatkan pun bermacam-macam. Yang terbanyak adalah tentang dunia tulis-menulis, selanjutnya tentang perkenalan dengan isi buku, lalu tentang serba-serbi dunia karier, lalu tentang tanaman, dan sesekali tentang seni dan budaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline