Membaca buku adalah kegembiraan saya di sela-sela pekerjaan utama. Setiap hari saya selalu usahakan sisihkan waktu membaca sebagaimana juga kegiatan menulis untuk kompasiana. Menyenangkan sekali melakukan dua kegiatan ini, membaca dan menulis, begitu silih berganti.
Creative Writing
Seperti pernah saya sampaikan sebelum ini, ada sebuah buku bagus yang saya baca. Judulnya: Creative Writing. Buku tersebut pada intinya memberikan gambaran kepada pembaca tentang apa dan bagaimana menulis kreatif. Di dalamnya ada teknik membuat karakter, membuat plot, dialog, adegan, dan konstruksi; sesuatu yang sangat diakrabi oleh para penulis kreatif.
Saya membaca buku setebal 197 halaman tersebut sampai dua kali. Tidak puas membaca sekali, saya membacanya kembali secara pelan-pelan. Ternyata buku terbitan Banana ini tak hanya baik buat pengarang fiksi, bahkan juga untuk para penulis pada umumnya.
Betapa tidak! Di dalamnya terdapat sejumlah anjuran dan motivasi yang sangat berharga untuk dijadikan panduan dalam menulis dan untuk menyalakan dan mengobarkan semangat menulis. Jadi, dapat ilmunya dan dapat pula lecutan semangatnya.
Untuk menyebut beberapa saja, misalnya: pentingnya berlatih menulis secara kontinu; mengkonkretkan konsep-konsep abstrak; mengurai sebuah topik dengan melibatkan sebanyak mungkin indera; menunjukkan, bukan menceritakan; berdisiplin dalam menulis; dan pentingnya membaca untuk bisa terus menulis.
Saking senangnya membaca buku ini, sampai-sampai beberapa bagian pentingnya saya garis-bawahi untuk membantu mengingat bagian tersebut kelak.
Dunia Sophie
Usai membaca buku Creative Writing karya A.S Laksana itu, lalu saya ingat dengan sebuah novel yang belum tuntas saya baca. Sekarang ingin saya lanjutkan membacanya. Kok tiba-tiba? Gara-gara A.S Laksana menganjurkan pembacanya agar rajin membaca, secara spontan saya teringat novel tersebut dan tergerak untuk meneruskan menikmatinya.
Saya membeli novel itu 5 Desember 2010. Jadi, sudah hampir sepuluh tahun yang lalu. Lama sekali buku itu saya letakkan di dalam rak buku setelah membacanya di bagian-bagian awal.
Perlu waktu untuk membacanya, demikian saya pikir saat itu. Karena sudah lupa isinya, maka saya putuskan kembali membaca novel ini dari awal lagi.