Sumber gambar: dok. pribadi
A S Laksana mengatakan, "Tetaplah menulis, kendati tidak punya ide." Membaca pernyataannya ini barangkali terasa aneh. Mungkinkah orang bisa menulis tanpa ada ide apa pun pada awalnya? Ia meyakinkan bahwa menulis dimulai dari tanpa ide itu bisa. Bisa sekali.
Menulis Simpel
Saya teringat dengan petuah A.S. Laksana yang bukunya belum lama saya baca. Ia bilang, kalau menulis itu tak boleh muter-muter. Hal yang sudah ditulis di awal jangan ditulis lagi belakangan. Menulis satu ide yang sama sampai dua-tiga kali itu tidak baik.
Kalau Anda merasa melakukannya, silakan bersihkan tulisan Anda dari hal-hal yang berputar-putar itu. Buatlah gagasan Anda menjadi ringkas, simpel, to the point. Kalau pun perlu pengembangan, lakukan secukupnya. Jangan berlebihan.
Kalau Anda masih menulis berputar-putar dengan alasan apa pun, berarti Anda tidak menghargai pembaca. Anda bisa dituduh telah memandang bodoh pembaca. Coba, pembaca mana yang bersedia dianggap bodoh?
Jangan pernah menganggap pembaca belum mengerti hanya dengan menuliskan suatu ide sekali saja. Ingatlah, pembaca itu tidak bodoh sehingga ide Anda tidak perlu ditulis berulang-ulang. Jangan membuat pembaca bosan. Demikianlah inti 'peringatan yang disampaikan A.S. Laksana.
Setelah saya telisik, ternyata tulisan-tulisan saya juga begitu, muter-muter nggak karuan, he he he. Menuliskan satu gagasan yang sama lebih dari sekali. Akhirnya, dengan sembunyi-sembunyi, terpaksa saya tarik artikel saya dari penayangan untuk sementara.
Ada dua artikel yang terpaksa 'turun mesin', diamplas, dan dibersihkan sedemikian rupa sebelum saya tayangkan kembali. Kecuali admin kompasiana, saya yakin pembaca tidak tahu kalau saya sudah melakukan gerakan pembersihan terhadap dua tulisan saya itu, he he he.
Metafora Itu Penting Lho
Ada lagi saran A.S. Laksana yang tak akan saya lupakan. Kata dia, kalau menulis, apalagi menulis cerita fiksi, membuat metafora itu sangat penting. Kalau diandaikan masakan, metafora itu bumbunya.