Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Merawat Optimisme di Tengah Pandemi

Diperbarui: 17 April 2020   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/559713059938002644/

Pandemi covid-19 sudah berlangsung sekitar satu bulan. Hingga kini masih banyak yang terinfeksi, banyak pula yang berhasil memperoleh kesembuhan. Dalam rangka membatasi penyebaran virus ini masyarakat diimbau untuk bekerja dari rumah (work from home), suatu cara baru yang belumnya tak pernah dilakukan.

Setelah cukup lama berada di rumah, mulai terdengar banyak keluhan. Bukan hanya dari orangtua, juga anak-anak mereka. Keluhan yang terjadi bersumber dari rasa bosan atau kejenuhan yang sangat. Keluhan lainnya datang dari berbagai jenis rasa cemas yang mendera.

Ada yang mencemaskan anggota keluarga yang jauh di rantau. Yang di rantau juga mengkhawatirkan keluarganya di rumah, sekaligus merindukan mereka. Ada yang cemas lantaran takut terpapar covid-19. Yang lebih berat lagi adalah kecemasan  tentang 'apa yang akan dimakan besok' karena kesulitan memperoleh penghasilan. Keadaanlah yang menyebabkan mereka kurang leluasa pergi ke luar rumah. Dan, masih banyak lagi kecemasan lainnya.

Kecemasan Berlebihan

Hanya sayang, kecemasan itu dalam banyak kasus ternyata berlebihan. Kecemasan menjadi sekumpulan pikiran negatif yang terus-menerus menghantui mengenai hari esok. Pada kenyataannya, dalam banyak bukti, apa yang dikhawatirkan itu tidak pernah terjadi seperti diperkirakan. Demikianlah, kekhawatiran terhadap segala sesuatu yang ditengarai akan menimpa 'pada suatu saat nanti' benar-benar mendapatkan wadahnya. Kecemasan berlebihan.

Kecemasan sesungguhnya adalah hal yang sangat manusiawi. Akan tetapi, karena dirasakan secara berlebihan dan sangat menekan, maka harus segera ditanggulangi agar tidak berkelanjutan yang bisa berdampak negatif.

Tentu saja kecemasan yang berlebihan sama sekali tidak sehat, baik bagi kewarasan mental maupun kesehatan tubuh. Apabila pikiran dan perasaan kita terpapar hal-hal negatif, maka badan pun akan terpengaruh. Lihatlah hal ini pada orang yang sedang marah atau orang yang sedang ketakutan. Pikiran dan perasaan terbukti mempengaruhi tubuh, demikian pula sebaliknya.

Menghadapi hidup yang kelihatan banyak mendungnya, maka hendaknya janganlah sampai terlalu larut. Tetaplah yakin bahwa bencana, apapun bentuknya, pasti akan berakhir. Tidak ada yang kekal di dunia ini, kecuali perubahan. Jadi, segala sesuatunya akan berubah bersamaan dengan berputarnya waktu. Dan, selalu ada harapan di masa datang. "Habis gelap terbitlah terang," demikian tulis Ibu Kartini.  

Bersama Hadapi Bencana

Yang paling penting dan mendesak yang harus kita lakukan adalah menghadapi permasalahan ini dengan kesungguhan hati dan dalam kebersamaan. Kita mesti  ikuti dan patuhi petunjuk dari Pemerintah. Pemerintah tentu tidak akan membiarkan rakyatnya semakin menderita. Program jaring pengaman sosial sudah mulai dilakukan. Berbagai bantuan dirancang dan digelontorkan. Mulai dari presiden hingga aparat terbawah bahu-membahu melaksanakan tugas membantu masyarakat menghadapi pandemi covid-19 dan dampak ikutannya.

Tinggal peran semua komponen masyarakat, tanpa terkecuali, secara kompak-bersatu mematuhi arahan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Misalnya, senantiasa memakai masker saat ke luar rumah, mencuci tangan memakai sabun di air mengalir, selalu menjaga jarak, makan makanan sehat dan bergizi, serta tidak lupa menjaga kesehatan dengan rutin berolahraga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline