Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Akhirnya Saya Gunakan Saja Jurus "Menulis dengan Modal Nekat"

Diperbarui: 27 Maret 2020   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/375417318931957510/

Semakin lama menulis, saya kian merasakan betapa sulitnya menulis yang baik. Bagaimana menulis secara logis masih menjadi persoalan. Bagaimana menulis dengan pilihan kata yang tepat, ternyata juga masih menjadi kendala bagi saya; dan bagaimana menggunakan ejaan yang benar, masih harus belajar.

Sejatinya sudah cukup lama saya menjalankan aktivitas tulis-menulis, bahkan sejak masih menjadi mahasiswa S1, dulu. Tetapi, hingga kini, setiap kali menulis, selalu saja ada persoalan-persoalan bagaimana mengekspresikan ide-ide secara tepat, tanpa bias sama sekali.

Berpikir Logis Itu Perlu

 Dalam menulis, kita dituntut logis. Paragraf yang kita bentuk harus berisikan satu gagasan utama. Kalimat-kalimatnya pun mesti saling dukung dan berkaitan satu sama lainnya. Istilahnya:  kesatuan dan kepaduan paragraf.

Persoalannya adalah acapkali ide-ide yang muncul saat menulis tidak runut, sehingga saya main tembak saja. Apalagi tidak menggunakan kerangka karangan (outline) untuk setiap artikel yang pendek. Apa gagasan yang muncul dari dalam benak, itulah yang saya tulis. Hasilnya, satu alinea bisa lebih dari satu gagasan utama.

Ketika melakukan penyuntingan belakangan, saya harus sering harus merombak paragraf lagi sehingga menjadi lebih logis dan sistematis. Pikiran yang melompat-lompat terbawa-bawa ke dalam tulisan dan merusak pakem sebuah paragraf. Inilah yang acapkali saya alami. Tetapi syukur, pada akhirnya bisa diperbaiki belakangan walau pun disesuaikan lagi agar lebih afdal.

Berkutat dengan Pilihan Kata

Di samping menyangkut soal pemikiran yang seringkali kurang logis dan sistematis, saya masih harus berkutat juga dengan pemilihan kata yang tepat (diksi). Kata-kata yang tepat adalah kata-kata yang mampu mewakili pikiran penulis. 

Kata-kata itu pada umumnya memiliki padanan. Ada sinonimnya. Akan tetapi, setiap kata tidak selalu cocok apabila diganti kata lain, kendati pun itu padanannya. Setiap kata harus dicermati maknanya dan dipasang sesuai dengan konteks.

Selanjutnya, saya kadang-kadang masih saja mengalami kesulitan di bidang yang satu ini: memilih kata yang paling tepat dan benar. Penulisan kata-kata "legalisir", "akomodir", "memproklamirkan", "hipotesa" ternyata keliru, yang benar adalah "legalisasi", " akomodasi", "memproklamasikan", dan "hipotesis" dalam bahasa tulis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline