Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Inilah Jurus Pintar Menjadi Pendengar yang Baik

Diperbarui: 27 Maret 2020   21:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/530932243573915297/

Mendominasi pembicaraan, bukan berarti pandai. Menjadi pendengar yang baik, bukan berarti bodoh.

Itulah filosofinya. Orang yang terus-menerus "ngoceh" tanpa memberikan kesempatan kepada kawan bicaranya, tidaklah mencirikan ia orang yang pasti pintar. Yang pasti, ia orang yang tidak suka mendengar. Sebaliknya, orang yang lebih banyak mendengar, bukan berarti kurang pandai, melainkan ia adalah pendengar yang baik.

Orang-orang yang banyak memiliki sahabat dan bisa mendapatkan sahabat dengan mudah adalah mereka yang memiliki keterampilan mendengar, sama sekali bukan mereka yang selalu mendominasi dalam setiap pembicaraan.

Lalu, bagaimana upaya kita untuk menjadi pendengar yang baik? Dalam konteks ini, modal dasar psikologis yang diperlukan dan harus dimiliki adalah nilai-nilai (values) yang meliputi kesabaran, ketulusan dan  kerendahan hati, serta kesediaan untuk belajar. Tanpa nilai ini, akan sulit sekali bagi kita untuk menjadi pendengar yang baik.  Kalau kita sudah memiliki hal-hal itu, barulah kita bisa berlatih meningkatkan keterampilan mendengar.

Lima Cara Menjadi Pendengar yang Baik

Paling tidak ada 5 hal yang bisa dilakukan ketika hendak meningkatkan keterampilan mendengar. Praktikkan kelima pointer di bawah ini, landasi dengan nilai-nilai yang saya sebutkan di atas, niscaya keterampilan sebagai pendengar yang baik akan semakin terasah dan mendapatkan hasilnya.

Pertama, condongkan badan. Ketika teman bicara sedang berbicara, condongkan badan sedikit ke arahnya. Menyodongkan badan adalah gesture perhatian kita yang sungguh-sungguh. Jangan berlebihan apalagi dibuat-buat. Yang natural saja, tapi lakukan.

Kedua, tatap matanya. Setiap kali berbincang-bincang dengan orang lain, jangan lupa tatap matanya. Tentu saja menatap mata dalam konteks ini bukan dengan pandangan tajam dan tampak seram, melainkan lembut.

Mata adalah ekspresi jiwa. Jadi, pakailah mata untuk menunjukkan bahwa kita memperhatikannya, bahwa kita dengan senang hati mendengarkan kata-ucapan kawan bicara kita. Yang penting lagi, jangan terus-menerus menatap matanya. Sesekali lepaskan pandangan.

Ketiga, berilah umpan balik. Kata-kata pendek yang disampaikan dengan santun dan menggugah akan menjadikan teman bicara kita terdorong meneruskan ucapannya, bercerita lebih banyak lagi. Misalnya, kata "Oh, ternyata begitu ya." Atau, "Lalu?" Boleh juga "Maksud Pak?" dan banyak lagi sesuai dengan konteksnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline