Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Apa Kata Pramoedya Ananta Toer tentang Tulis-Menulis?

Diperbarui: 24 Oktober 2019   15:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Belum lama ini saya sempatkan berkunjung ke sebuah toko buku. Maklum, dalam sebulan terakhir belum lagi bisa menambah referensi bacaan. Niat awalnya adalah mencari buku terkait dengan mata kuliah yang penulis ampu di kampus, buku-buku textbook, tentu saja. 

Untuk buku textbook sudah ketemu, kendati belum komplet. Tiba-tiba mata 'terbentur' dengan buku yang sangat menarik untuk dinikmati, terutama karena menyangkut dunia tulis-menulis. Apa itu? 

Buku yang saya maksud berjudul: Pramoedya Ananta Toer: Catatan dari Balik Penjara. Buku berketabalan 288 halaman ini ditulis oleh Muhammad Muhibbuddin, diterbitkan oleh Penerbit Araska, Agustus 2019. Benar-benar buku baru rupanya.

Bekerja untuk Keabadian
Baiklah, saya ingin memperkenalkan sedikit saja tentang isi buku dimaksud. Ada banyak bagian-bagian yang menarik  diungkapkan berkaitan dengan kehidupan sang tokoh. Tapi, kali ini yang saya perkenalkan hanyalah bagian yang membahas tentang ungkapan dan secuil kiprah sastrawan ini yang berhubungan dengan dunia tulis-menulis.

Ini ungkapan Pramoedya yang terkenal itu: 

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."

Ungkapan ini sangat sering dikutip orang untuk memotivasi dan menginspirasi pembaca atau pendengar untuk mulai dan rajin menulis. Memang benar apa yang disampaikan Pramoedya. Menulis adalah untuk mengawetkan nama. Jika tidak menulis, maka orang akan hilang dari sejarah. 

Sastrawan yang satu ini sudah membuktikan dirinya dengan menulis sederet novel yang kita wariskan dan mungkin sudah kita baca hingga sekarang. Novel Pramoedya di antaranya: Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.

Tak Perlu Cari Nama
Terkait dengan pernyataannya tentang tulis-menulis sebagai upaya membangun keabadian, Pramoedya, mengungkapkan, 

"Karena kau menulis...suaramu tak akan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh di kemudian hari."  

Meskipun demikian, sebagaimana dipaparkan oleh Muhammad Muhibbuddin--penulis buku ini, Pramoedya menulis buku bukan untuk mencari nama atau popularitas. Tugas dirinya hanya menulis. Soal apakah karyanya dipandang layak atau tidak, itu bukan tugasnya, melainkan tugas kritikus atau pengamat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline