Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Belajar Banyak Hal dari Pendiri Kompas, Jakob Oetama

Diperbarui: 9 September 2020   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakob Oetama, 15 Mei 1994. (Foto: KOMPAS/ JB SURATNO)

Buku bertajuk Syukur Tiada Akhir, Jejak Langkah Jakob Oetama, sungguh sangat menarik dan menambah wawasan. Sampai dua kali saya baca buku ini, bahkan membaca yang kedua kalinya dengan cermat dan pelan-pelan. 

Buku bergenre biografi karya St Sularto, terbitan tahun 2011 ini, pantas diacungi jempol. Bukan lantaran ketebalannya yang 659 halaman, melainkan karena isinya yang benar-benar bernas. 

Jika Anda membaca buku ini, Anda perlu bersabar, karena membacanya memerlukan waktu berhari-hari, bahkan mungkin sampai satu bulan. Sayang sekali kalau kita sekadar membacanya sepntas, tanpa menyimak detailnya yang bermanfaat dan mengispirasi.

Buku ini rupanya tak melulu tentang Jacob Oetama, pendiri Kompas dan Intisari serta perjalanan hidupnya. Lebih dari itu, buku ini pun memberikan kita referensi yang lumayan mendalam tentang kerja pers, leadership, dan teori komunikasi dan informasi. 

Buku yang diterbitkan  oleh Penerbit Buku Kompas untuk memperingati 80 tahun usia 'bos' Kompas ini, menyajikan wawasan yang komplit bagi pembacanya. 

Karena tokohnya adalah Jacob Oetama, mari kita lihat dan prioritaskan apa yang menjadi pemikiran dan pengalamannya sebagaimana tertuang di dalam buku ini.  

Tentang Kerja All Out

Kita mulai bagaimana sang tokoh memandang kerja dan apa pula prinsip beliau. Sebagaimana dipaparkan di dalam buku ini, Jakob Oetama sangat menghargai makna kerja keras. Perusahaan yang dirintisnya bersama P.K. Ojong juga berkembang berkat kerja keras. Jakob menganut prinsip bekerja keras, tidak setengah-setengah, selalu all out. 

Selain kerja keras, prinsip lainnya adalah kerja bersama, sinergitas. Kerja keras dan sinergitas adalah dua kata kunci yang dipegangnya erat-erat untuk berhasil dalam usaha. 

Kata Jakob, berkat kerja keras itu pula kerja menjadi bermakna. Tidak saja mendatangkan penghasilan, bahkan juga membuat hidup menjadi lebih bermakna. 

Dikatakan,"Betapa nestapa orang yang tidak bekerja, tidak hanya tidak mempunyai penghasilan, tetapi juga tidak ada harga diri. Hidupnya kosong. Yang sudah bekerja pun, tetapi tidak melaksanakannya dengan all out, sungguh disayangkan. Orang itu menyia-nyiakan kehidupan."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline