Kira-kira, menurut pembaca, adakah orang menolak hidup sejahtera? Saya yakin semua ingin hidupnya sejahtera. Artinya, memiliki cukup sandang, pangan dan papan adalah keinginan setiap orang. Dengan begitu ia bisa menikmati hidup, lebih bebas memilih, dan tidak membebani orang lain. Hidup sejahtera adalah dambaan kita bersama.
Akan tetapi, untuk bisa hidup sejahtera, orang harus berusaha, bahkan berusaha keras. Tak hanya berusaha keras, bahkan berusaha secara cerdas. Jadi, untuk bisa mencapai kesejahteraan hidup yang semakin baik, orang tak bisa berpangku tangan, menunggu wangsit atau menunggu menang lotre. Harus ada upaya ke arah itu. Karena, Tuhan tak akan merubah nasib seseorang, tanpa dia sendiri merubahnya, bukan?
Hindari Sikap dan Perilaku Egois
Untuk menjadikan hidup lebih sejahtera, haruskan kita lebih mementingkan diri sendiri, kekayaan sendiri, dan menjadi tak peduli kepada siapapun? Untuk bisa hidup lebih berpunya, orang tak harus menempuh jalan egois : jalan yang semata-mata melihat segala sesuatunya dalam kepentingan diri sendiri. Orang yang hidupnya egois selalu berpikir, bagaimana ia bisa mendapatkan lebih banyak, lebih banyak lagi, dan lagi. Tak peduli siapapun, kendati perbuatannya itu membuat orang lain merugi, menderita, bahkan sakit hati.
Patutlah dipuji orang-orang yang mencapai tingkat kesejahteraan dengan cara-cara yang baik. Menjadi kaya atau sejahtera adalah hal yang seyogianya diusahakan sepanjang hidup. Orang bersekolah tinggi-tinggi, orang berusaha keras di bidangnya, orang bekerja sama dan bersinergi satu dengan lainnya, untuk apa? Antara lain adalah untuk mencapai tingkat kesejahteraan hidup pribadi dan bersama agar menjadi lebih baik.
Dalam perjalanan mencapai apa yang dicita-citakan, seyogianya dihindari sikap dan perilaku mementingkan diri sendiri. Apakah tujuan hidup kita di dunia? Bukankan sebaik-baiknya hidup itu adalah untuk bisa bermanfaat bagi orang lain dan kehidupan? Jika kita sepakat terhadap hal ini, maka pada setiap langkah upaya kita untuk mencapai hidup lebih sejahtera, janganlah pernah lupa berbagi. Bentuknya bisa bersedekah alias beramal, atau lainnya yang pada prinsipnya membantu orang lain yang memerlukan dengan segala macam cara dan bentuk.
Membantu Orang Lain dengan Cara Apa?
Akan tetapi saya belum memiliki cukup uang untuk disedekahkan, bagaimana ini? Mungkin ada pertanyaan seperti itu. Benarkah demikian? Jika benar, maka harus disadari bahwa membantu orang lain tak hanya dalam bentuk uang. Jika kita punya uang, bantulah mereka yang membutuhkan dengan menyisihkan sekian persen penghasilan kita. Jika kita mempunyai ilmu pengetahuan, berbagilah ilmu kepada yang membutuhkan agar mereka lebih memiliki wawasan dalam menjalani hidup. Jika kita tak punya uang, merasa tidak pula punya cukup ilmu juga, maka berikanlah sumbangsih berupa tenaga dan waktu kepada mereka yang membutuhkan.
Ingatlah selalu bahwa memberi adalah salah satu cara untuk menyediakan ruang kosong dalam hidup kita. Ruang kosong itu oleh hukum alam akan diisi dengan lebih banyak lagi hal-hal baru, segar, dan menyehatkan hidup kita. Jangan biarkan semua milik kita bertumpuk-tumpuk berjejal jejal di gudang penyimpanan kita. Dia akan mengeluarkan bau busuk! Biarkan dia mengalir ke luar, sehingga sebagai gantinya akan masuk hal-hal yang baru, segar, dan menyemangati hidup.
Gudang Penuh Tikus dan Rayap
Hendaknya jangan pernah khawatir dengan cara hidup berbagi ini. Kita sama sekali tak akan pernah menjadi miskin karenanya. Kita juga tak akan pernah menjadi sengsara karenanya. Sebaliknya, dengan berbagi, kehidupan kita akan kian sejahtera. Ah, dari mana rumusnya itu? Mungkin ada yang menyangkal seperti itu. Bukankah dengan berbagi, harta kekayaan kita semakin berkurang? Aha, itu sih rumus matematika: dua dikurangi satu akan menjadi satu. Tak akan menjadi tiga, apalagi lima, tentu.