Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Apa Sih Hebatnya Menjadi Penulis?

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bagi sebagian orang, menjadi penulis itu “sesuatu” banget. Banyak orang berkeinginan menjadi penulis atau pengarang. Di antara mereka yang kesemsem oleh keinginan menjadi penulis itu, ada yang berjuang luar biasa kerasnya, ada yang memilih mengalir saja, ada juga yang duduk berpangku tangan seraya berangan-angan siapa tahu kelak tiba-tiba saja ia menjadi penulis beneran.

Sebaliknya, ada pula yang memandang sebelah mata pekerjaan tulis-menulis, menganggapnya nggak penting-penting amat. Kata mereka, orang masih bisa hidup dan sukses meskipun tanpa kemampuan menulis atau mengarang.Kata mereka, toh menjadi penulis bukan satu-satunya profesi pilihan. Benar sekali.

Nah, mumpung berbicara soal tulis-menulis, apa sih hebatnya menjadi penulis? Pantaskah pekerjaan sebagai penulis ini dibanggakan? Mari kita lihat satu per satu. Ini hanya pandangan dangkal. Silakan sahabat mencermatinya lebih dalam.

Pertama, penulis bisa menulis tentang apa saja yang dia mau. Mau menulis peristiwa yang terlintas dalam kehidupan? Mau menuangkan imajinasi seluas dan sedalam papun? Semuanya bisa di tangan pengarang. Menulis berarti membebaskan diri dari kekangan apapun yang menghambat imajinasi. Kita bisa menulis tentang apa saja, kapan saja, dan di mana saja, asal mau. Jadi, menulis itu membebaskan. Membebaskan sang penulis untuk berolah kata, berimajinasi, berekspresi.

Kedua, penulis bisa berbagi kepada khalayak yang terbatas atau bahkan masyarakat luas. Media tulisan adalah sarana yang sangat tepat untuk membagikan pengetahuan, pengalaman, dan canda/humor kepada orang lain. Kalau mau berbagi kepada kalangan terbatas, bisa. Jika hendak berbagi kepada kalangan yang lebih luas pun tak sulit dan ada medianya. Mau pilih fb, twitter, buku harian, blog, koran, majalah, buku, silakan. Semua media itu merupakan sarana untuk berbagi antarsesama. Dan, berbagi hal-hal yang positif dan bermanfaat sangat dianjurkan, bukan?

Ketiga, menjadi penulis adalah jalan untuk bisa terkenal. Ada orang memilih menjadi artis film atau artis penyanyi untuk bisa terkenal. Nah, menjadi penulis pun bisa terkenal, bahkan terkenal sekali. Kita sudah dengan mudah menyebut mereka yang terkenal dari menulis artikel atau buku yang kemudian ternyata laris. Untuk menyebut beberapa diantaranya, baik penulis novel maupun fiksi, Andrea Hirata, A. Fuadi, Mahbub Junaidi, Emha Aiun Najib, Gede Prama. Juga ada JK Rowling, Jack Canfield, dan Anthony Robin. Masih ada banyak lagi yang mungkin bisa kita ingat.

Keempat, menjadi penulis itu bisa menjadi profesi atau pekerjaan. Tidak banyak yang bekerja melulu sebagai penulis. Artinya, mengandalkan hidup semata-mata dari pekerjaan sebagai penulis. Lebih banyak yang menjadikan pekerjaan menulis sebagai sambilan atau sampingan. Banyak sahabat dari berbagai profesi, seperti dokter, dosen, guru, wirausaha, mahasiswa, pegawai negeri, yang aktif menulis di luar profesi utamanya. Dengan menulis, mereka mendapatkan penghasilan tambahan. Dari mana datangnya penghasilan itu? Antara lain, dari honorarium artikel yang sudah dimuat di koran/majalah, royalty dari buku, atau uang hadiah sebagai pemenang lomba. Jadi, menulis itu (bisa) menghasilkan duit.

Kelima, menjadi penulis itu meninggalkan jejak. Kalau ada artikel, apalagi buku yang berhasil diterbitkan, itu artinya sang penulis sudah meninggalkan jejak bagi generasi berikutnya. Dengan hasil karya itu, penulis sudah berbagi, penulis mendokumentasi, dan penulis mewariskan pemikirannya untuk generasi berikutnya. Oleh karena itu, penulis yang baik tidak lupa menyumbangkan buku-buku karyanya ke perpustakaan, pusat dokumentasi, museum, atau sejenisnya. Di samping agar dibaca oleh pengunjung, juga agar buku-buku mereka terdokumentasi di tempat itu.

Keenam, menjadi penulis menguatkan kepercayaan diri. Dengan kemampuan menulis yang baik, orang boleh merasa dia memiliki suatu “kekuatan” kompetitif dalam hidup ini. Sama dengan profesia lainnya yang apabila ditekuni akan memberikan keunggulan, profesi sebagai penulis pun demikian. Tugas-tugas kepenulisan bukan lagi hal sulit untuk dikerjakan, berbeda dengan mereka yang belum terlatih menulis. Hasil penulisan pun tentu akan jauh lebih baik kalau dilandasi dengan kepiawaian menulis. Dan, pada akhirnya, hal ini kan memoerkiat kepercayaan diri sang empunya.

Ketujuh, memanfaatkan waktu luang agar tidak terbuang percuma. Penulis yang produktif tak akan menyia-nyiapan waktu luangnya. Ia akan senantiasa memanfaatkan waktunya dengan baik. Mengapa? Karena, menulis itu menyenangkan, menggairakan, sehingga seakan-akan ia tidak sedang bekerja tatkala menulis. Menulis itu tak berbeda dengan berekreasi. Tak ada beban, ringan, dan sangat ternikmati. Waktu luang yang bagi sebagian orang dipakai untuk ngerumpi, tapi bagi penulis yang produktif, tentu akan dimanfaatkan untuk menuangkan ide-idenya. Jadi, tak ada waktu luang yang terbuang percuma.

Kedelapan, dari menjadi penulis bisa berkembang menjadi kerajaan bisnis. Apa misalnya? Membuat kursus menulis online, membuat lembaga konvensional untuk mendidik para calon penulis muda, membuat penerbitan, mendirikan toko buku, dan masih banyak lagi yang lainnya. Jadi, banyak hal yang bisa dikerjakan dan menjadi pilihan bagi seorang penulis. “Be a writerpreneur,” tulis Hendra Sipayung dalam sebuah bukunya.

Itulah sekelumit “hebat”-nya dunia tulis-menulis dan menjadi penulis. Mari teruskan menulis di kompasiana dan di media lain yang kita suka. Yuuukk.

(I Ketut Suweca , 29 Juni 2013).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline