Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Menari di Tengah Hujan

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah salah satu buku serial Chiken Soup of The Soul karya Jack Canfield dan kawan-kawan. Judulnya: Think Positive, terbitan Gramedia Pustaka Utama, cetakan kedelapan, Maret 2013. Saya memang suka membaca serial yang berisi kisah-kisah inspiratif ini. Ketika saya iseng bertanya kepada seorang penjaga toko buku, serial Chiken Soup mana yang paling menarik, dia bilang bahwa buku Think Positive adalah salah satu yang paling laris. Setelah sepintas membaca daftar isinya, segera saya putuskan membeli buku itu.

Ada 101 kisah isnpiratif tentang mensyukuri karunia Tuhan dan bersikap positif di dalamnya. Untuk sekadar memperkenalkan buku ini kapada para sahabat yang belum membaca, saya petikkan secuil kisah dan filosofi hidup yang terkandung di dalamnya.

Pada halaman 7 buku ini, terdapat judul yang menarik: Menari di Tengah Hujan. Artikel yang menjadi bagian dari buku ini ditulis oleh Jeannie lancester. Menyitir perkataan papanya, Jeannie menulis bahwa “hidup bukanlah tentang menunggu badai berlalu, tetapi tentang belajar menari di tengah hujan. Dikatakannya, betapa seringnya kita mengajukan syarat untuk kebahagiaan kita. Jika rumah sudah lunas, kita akan bahagia. Katika urusan anak-anak sudah beres, baru kita bisa melakukan sesuatu bersama-sama. Begitu sedikit kegembiraan untuk “dis sini dan saat ini, di tengah ketidakpastian “jika” dan “nanti”

Jeanie melanjutkan, bahwa ia lebih berkomitmen untuk meluangkan waktu guna berhenti sejenak dan mengenali serta bersyukur untuk berkat yang melimpah yang mengitarinya – kegembiraan-kegembiraan kecil yang terlalu sering terabaikan di dalam upaya mengejar kebahagiaan di masa depan. “Ya, selangkah demi selangkah, aku belajar menari di tengah hujan,” tulis Jeannie pada bagian akhir artikelnya.

Dari tulisan Jeannie, kita bisa belajar betapa kita acap tidak mampu mengenali dan menghayati kegembiraaan-kegembiraan kecil yang terjadi sepanjang perjalanan hidup. Kita acap mendapatkan kebahagiaan itu “di kemudian hari” padahal hal itu bisa kita nikmati sekarang.

Pada halaman 131, ada sebuah artikel yang tak kalah menariknya, karya Tagoyna Tanzman yang berjudul“Apa Adanya.”Pada bagian awal artikel ini tertulis sebuah kalimat yang dipetik dari Hugh Downs : Orang yang bahagia bukanlah orang yang memiliki sejumlah situasi tertentu, tetapi orang yang memiliki sejumlah sikap tertentu.” Di dalam artikelnya ini, Tagoyna menjelaskan pilihannya untuk senantiasa bersyukur dengan apapun yang ia hadapi dalam menjalani hidup dan kehidupan. “Aku bersyuku aku mempunyai uang untuk membeli segala sesuatu yang telah kubeli. Aku bersyukur karena tangan dan kakiku cukup kuat, dan aku bersyukur karena sekarang aku punya makanan dan aku bisa menangani cucian yang telah menumpuk,” paparnya.Dan, Tagoyna merasakan betapa syukur itu semakin sering terjadi. “Saat aku berdiri saat kini, apa adanya, tidak melawan dan menerima apa adanya, aku mengertibahwa yang benar-benar bisa kita miliki hanyalah saat kini. Sekarang ini, memelihara syukur dan iman adalah tindakan yang bisa kupilih,” tulisnya. Dari tulisan Tagoyna Tanzman, kita belajar untuk lebih banyak bersyukur saat kini daripada mengeluh, belajar menerima kenyataan daripada mengharapkan terlalu banyak dan terlalu jauh.

Itulah sedikit petikan yang saya ambil dari buku serial Chiken Soup of The Soul yang berjudul “Think Positive.” Jika sekiranya sahabat tertarik, silakan temukan buku yang berketebalan 481 halaman ini di TB Gramedia dan nikmati isinya.

( I Ketut Suweca , 30 Mei 2013).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline