Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Mata Minus, Adakah Obatnya?

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Anakku yang kedua, Dwi, yang kini duduk di kelas 2 SMA, sangat doyan dengan teknologi komputer. Ia senang sekali belajar berbagai teknik terbaru tentang ini. Hari-harinya di luar sekolah lebih banyak dimanfaatkan untuk menggeluti komputer. Sejak kubelikan sebuah laptop, aktivitasnya ber-komputer-ria kian menjadi-jadi.Begitu kuatnya minat terhadap teknologi, sampai-sampai ia jarang keluar rumah. Hari-harinya terkuras untuk memenuhi minatnya ini, yang disebutnya dengan belajar programming. Minatnya yang besar terhadap teknologi komputer sudah tampak sejak awal, ketika ia mulai mengenal komputer.

Dulu, ia pernah suka mempelajari matematika. Banyak waktunya dipakai untuk berlatih mengerjakan soal-soal olimpiade matematika. Ia akan merasa penasaran kalau sebuah soal belum bisa dijawabnya dengan baik. Sebaliknya, ia akan gembira jika sebuah soal dapat dijawabnya dengan benar. “Yess” begitu biasanya ucapan yang keluar dari bibirnya setiap kali sebuah soal yang sulit berhasil dipecahkannya. Prestasinya lumayan bagus di matematika saat masih SD dan SMP.

Akan tetapi, persaingan untuk berhasil menjadi ranking atas di bidang matematika pada tingkat SMA baginya kian berat. Banyak teman sekolahnya dan sekolah lain yang ‘jago’ matematika. Jadi, lawannya berat-berat. Menyiasati itu, akhirnya dia memutuskan untuk banting stir, menekuni bidang programming. Program ini mengharuskannya belajar memecahkan masalah dengan bantuan komputer, matematika, dan logika. Dan, dia sangat menikmatinya!

Hasilnya, belum genap 3 bulan menekuni bidang baru ini, ia sudah berani mengikuti lomba-lomba mewakili sekolahnya. Dua kali ikut lomba di tingkat provinsi, dia berhasil mendapat predikat juara 3 dan juara 2. Dua juara sudah berhasil disabetnya dalam waktu belajar yang tidak lama. Sebagai orang tua, tentu saja kami ikut senang dengan prestasinya itu. Pertengahan November ini akan ada lomba lagi di Denpasar, diselenggarakan oleh Universitas Udayana. Ia pun berencana ikut lagi, dan kami mengiyakan.

Persoalan muncul, ketika ia mengalami permasalahan dengan matanya. Mungkin lantaran terlalu suntuk bekerja di depan laptop dan membaca buku, kini ia terkena mata minus (rabun jauh) sebesar 0,5 dioptri. Dua minggu belakangan ia mengatakan ingin membeli kacamata. Kacamata minusteman sekelasnyapernah dicobanya. “Saat Dwi pakai kacamata teman sekelas, tulisan di papan jadi tampak sangat jelas,” ujarnya kepada kami.

Khawatir terhadap kemungkinan menurunnya prestasibelajar si anak, kami pun membelikannya kacamata. Kini, dia merasa nyaman dengan kacamatanya itu, bahkan sudah dipakainya ke sekolah. Minatnya yang besar terhadap studi programming tak bisa dimungkiri, dengan konsekuensi, ia masih harus banyak belajar di depan laptop. Hal ini sangat riskan terhadap kesehatan matanya.

Sebagai orang tua kami merasa gelisah dengan kondisinya ini. Adakah cara agar minatnya bisa jalan sementara matanya kembali sehat (tidak minus lagi) atau minimal minusnya tidak bertambah? Adakah di antara sahabat yang bisa berbagi pengalaman dan informasi tentang resep mengurangi/meniadakan mata minus? Terima kasih untuk semua sahabat kompasianer.

( I Ketut Suweca, 4 November 2012).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline