Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Menulislah dan Dapatkan Bonusnya

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jika tiba-tiba ada yang bertanya, "Mengapa Anda menulis?," apa jawaban Anda? Mungkin di antara kita ada yang menjawab bahwa "Saya menulis untuk melepas ide-ide yang meletup-letup di dalam otak." Lalu, ada juga yang mengatakan bahwa dia menulis untuk bisa dikenal oleh masyarakat luas. Tak kurang yang beralasan bahwa dirinya menulis untuk mengisi waktu luang daripada waktu itu terbuang percuma. Yang pasti, ada banyak manfaat atau kegunaan menulis yang bisa menjadi alasan mengapa kita menulis/mengarang.

Satu alasan yang masuk akal mengapa orang menulis adalah lantaran ingin mendapatkan imbalan uang. Salahkah? Saya kira, sama sekali tidak salah kalau orang menulis bertujuan mendapatkan duit. Tujuan seperti ini baik dan wajar. Akan tetapi, penghargaan berupa imbalan kepada penulis artikel oleh media massa yang memuatnya masih sangat kurang. Untuk dimuat saja sudah sulit. Setelah dimuat, honorariumnya pun tak banyak, paling-paling puluhan hingga ratusan rupiah untuk setiap artikel. Tentu saja ada pengecualiannya. Kalau para penulis yang punya nama besar mungkin sudah relatif besar imbalan yang diterima atas hasil karyanya. Tetapi, rata-rata penulis mendapatkan imbalan yang jauh dari memadai.

Untuk menghibur diri, acapkali para penulis berdalih bahwa mereka menulis untuk mendapatkan kepuasan batin setelah tulisannya dimuat. Kata mereka, bukan semata-mata honor yang dicari, melainkan kepuasaan batin yang tiada duanya itu. Boleh juga jawaban tersebut. Menulis, lalu mengirimkannya ke koran/majalah, dan melihat tulisan itu dimuat dengan namanya terpacak di situ, memberikan "imbalan rohani." Begitulah penulis kita yang terpaksa bersikap nrimo atas keadaan ini.

Agar para penulis tidak merasa kecewa lantaran sedikitnya imbalan uang yang diperoleh, maka pandang saja imbalan itu sebagai bonus. Artinya, honor yang diterima sejatinya tak terlalu diharapkan kehadirannya. Tapi, kalau ternyata diberikan, ya, dipandang sebagai bonus saja. Dengan begitu, gairah untuk tetap membagikan informasi dan pengetahuan bisa dijaga agar terus menyala.

Selamat menulis.

( I Ketut Suweca , 4 Januari 2012).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline