Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Empat Sifat Utama Manusia Kreatif

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13257258526312293

[caption id="attachment_161311" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Pemerintah sudah mengidentifikasi lingkup industri kreatif yang mencakup 14 sektor, yakni permainan interaktif, piranti lunak (software), periklanan, riset dan pengembangan, seni pertunjukan, televisi dan radio, film, video dan fotografi, kerajinan, arsitektur, busana (fashion), desain, musik, pasar dan barang seni, serta penerbitan dan percetakan. Usaha memajukan sektor ekonomi kreatif Indonesia memerlukan insan-insan yang kreatif. Unsur kreativitas inilah yang menjadi modal utama bagi terlahirnya produk-produk kreatif sebagai hasil daya cipta dan karsa manusia. Tanpa kreativitas, maka hasil karya akan monoton, bahkan mungkin tak laku lagi di pasaran. Kreativitas menjadi unsur penentu bagi keberlanjutan hidup industri-industri kreatif untuk menyokong tumbuhnya ekonomi kreatif di negeri ini. Joseph G. Mason (1999) mengatakan bahwa semua penelitian mengenai apa yang menyebabkan seseorang menjadi kreatif menunjukkan empat sifat utama. Beberapa eksperimen memperlihatkan bahwa keempat sifat ini bisa diperoleh atau dikembangkan ke suatu tingkat pada setiap individu. Keempat sifat utama manusia kreatif sebagaimana disebut Joseph G. Mason meliputi: kepekaan terhadap masalah, membuka aliran gagasan, menemukan orisinalitas/keaslian, dan memegang fleksibilitas kreatif. Kepekaan terhadap masalah. Setiap apapun yang dikerjakan dan dihasilkan manusia, tak pernah mencapai kesempurnaan. Selalu saja ada kekurangan, selalu saja ada cacat-celanya. Pada setiap produk, senantiasa bisa dilihat mengenai "apa yang bisa diperbaiki". Dengan landasan pemikiran seperti ini, maka akan dapat diselidiki 'apa masalah' yang masih ada pada suatu produk. Kalau produk itu berupa patung, misalnya, maka pertanyaannya yang muncul diantaranya: bagian detail mana yang bisa disempurnakan sehingga hasilnya akan lebih baik lagi ke depan? Kalau itu produk fotografi: bagaimana memanfaatkan teknik yang lebih baik agar foto yang dihasilkan pun lebih bagus? Menurut Joseph G. Mason, cara termudah untuk memperbaiki kepekaan terhadap masalah sebenarnya sederhana saja, yaitu dengan menyadari bahwa tidak ada sesuatu pun yang sudah dikerjakan dengan sempurna. Setiap artikel yang dibuat manusia, setiap operasi bisnis, setiap teknik hubungan manusia, selalu bisa diperbaiki dan pada suatu hari akan berubah menjadi lebih baik. Jika orang dapat mengenali masalah-masalah ini sebagai suatu tantangan bagi upaya kreatifnya, ia akan berada di separuh jalan untuk menemukan pemecahan kreatif. Membuka Aliran Gagasan Setiap orang sejatinya dapat mengumpulkan sejumlah besar alternatif pemecahan terhadap suatu masalah tertentu dalam kurun waktu tertentu. Semakin banyak gagasan yang dimiliki, semakin besar kesempatan untuk menemukan pemecahan terbaik yang dapat digunakan. Di samping itu, akan kian terbentang peluang untuk menghindari cara-cara lama dalam mengerjakan segala sesuatu. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk kelancaran aliran gagasan, yaitu: pertama, membuat catatan. Membuat catatan sudah jamak diketahui dan dipraktikan. Jenis catatan yang harus dibuat adalah yang menangkap setiap gagasan liar. Catatlah segera, tuliskanlah di selembar kertas atau buku yang tersedia. Catat pula pendapat kita terhadap semua masalah yang kita pikirkan. Termasuk mencatat segala sesuatu yang diperkirakan berguna di masa depan, betapapun tampak kecilnya kemungkinan itu. Tes psikologi tentang kemampuan mengingat sesuatu, menyebutkan: kecepatan lupa adalah 25 persen dalam 24 jam pertama, 85 persen dalam satu minggu. Karena itu, membuat cacatan untuk membantu mengingat menjadi sangat masuk akal. Sistem apapun yang dibuat, sasarannya adalah untuk dapat dengan cepat mengumpulkan dan menemukan kembali segala sesuatu yang telah kita lihat, baca, dengar, atau alami sebelumnya. Kedua, menemukan waktu kreatif. Setiap orang memiliki jumlah waktu yang sama, yakni 24 jam dalam sehari. Dalam siklus waktu itu, ada saat-saat di mana seseorang menemukan puncak-puncak kreativitasnya, entah pagi, siang, sore, ataupun malam hari. Pada saat-saat itulah dia menjadi begitu kreatif dalam berpikir. Banyak ide-ide lahir pada waktu-waktu tertentu. Itulah saat yang disebut dengan puncak kreatif seseorang. Inilah karunia Tuhan yang tiada duanya, yang pantas dimanfaakan untuk melahirkan gagasan kreatif. Sia-sialah kalau seseorang yang dikaruniai waktu-waktu kreatif tetapi tidak memanfaatkannya dengan baik, malahan memilih berleha-leha. Siklus kreativitas setiap orang berbeda-beda dan harus diketemukannya sendiri. Setelah menemukan puncak waktu kreatif itu, lalu manfaatkan untuk memikirkan pemecahan masalah dengan tujuan mendapatkan gagasan. Jika dipandang perlu, gunakan lokasi atau ruang yang khusus dan sama dalam setiap waktu kreatif ini. Suasana lingkungan yang mendukung bisa membantu pendakian ke puncak kreativitas dus menghasilkan gagasan-gagasan berharga . Ketiga, menentukan batas waktu. Menjadi sifat manusia untuk menunda-nunda penyelesaian masalah. Kalau bisa dikerjakan besok, mengapa harus sekarang? Begitulah pertanyaan retoris yang cenderung menghasilkan penundaan pemecahan masalah. Kita memang harus bersungguh-sungguh melibatkan diri secara emosional dalam memenuhi batas waktu yang kita tetapkan. Misalnya, dalam sehari kita berencana menemukan 10 alternatif pemecahan sebuah masalah. Dengan kata lain, pada hari itu, kita wajib mendapatkan 10 gagasan, dan berjuang untuk menepati dan memenuhinya. Hal ini akan menjadi suatu dorongan yang sangat baik. Berikanlah kuota untuk diri sendiri. Tujuan mengembangkan aliran gagasan adalah untuk membangun kapasitas atau kemampuan kita untuk menghasilkan gagasan. Usahakan kuotanya lebih banyak dari gagasan yang sebenarnya kita butuhkan. Bonus tambahan yang bakal diperoleh: kita mungkin akan menemukan bahwa kualitas gagasan tersebut akan bertambah baik sejalan dengan kuantitasnya. Jika kita memiliki satu cara pemecahan masalah, dan ternyata gagal, maka masalah tak terpecahkan. Jika kita punya satu masalah, tetapi mempersiapkan alternatif 10 gagasan sebagai jalan keluar, maka peluang penuntasan masalah menjadi sangat besar. Modal kekayaan gagasan ini pun bisa menjadi investasi berharga bagi upaya pemecahan masalah lainnya yang sejenis. Menemukan Orisinalitas/Keaslian Salah satu sifat manusia kreatif adalah keingintahuannya yang tinggi. Dengan bekal keingintahuan (curiosity) yang tinggi, maka peluang untuk menemukan gagasan-gagasan baru sangat besar. Orang-orang seperti ini selalu bertanya kepada diri sendiri dan orang lain: Mengapa hal itu dibuat dengan cara seperti itu? Mengapa harus mengikuti prosedur ini? Bagaimana kita dapat memperbaiki cara kita melakukan hal ini? Adakah cara lain yang lebih baik? Bisakah kita menggunakan pendekatan teknologi dalam hal ini? Charles Kettering menyebut cara ini dengan istilah "menantang hal yang pasti secara sistematis". Sebuah karya kreatif adalah karya yang menunjukkan unsur kebaruan, orisinalitas. Tak harus seratus persen, memang. Sebagian saja mengandung orisinalitas sudah cukup. Yang terpenting selalu ada unsur kebaruannya setiap kali suatu produk dihasilkan. Tidaklah gampang menemukan kebaruan hingga seratus persen. Jika menunggu kebaruan sebesar itu, maka hasil karya kita tak akan pernah selesai. Hakekatnya, terhadap setiap karya yang dihasilkan, selalu ada peluang untuk perbaikan, penyempurnaan, atau pembaharuan berikutnya. Memegang Fleksibilitas Kreatif Fleksibilitas kreatif diwujudkan ke dalam bentuk kesediaan untuk mempertimbangkan beragam pendekatan terhadap suatu masalah. Sebagian besar merupakan masalah sikap. Mentalitas yang menghambat biasanya datang dari diri sendiri. Bentuknya mungkin sifat alamiah manusia yang enggan berubah. Dengan berubah, mungkin rasa aman bakal hilang. Zona nyaman (comfort zone) yang telah dinikmati dikhawatirkan bisa terkoyak. Tak ada keberanian untuk berubah, mungkin karena alasan takut salah, dan sebagainya. Daripada dihantui keengganan berubah dengan bersikeras berpegang pada suatu cara atau gagasan tertentu, orang yang fleksibel mulai dengan prinsip bahwa apabila satu pemecahan tidak bekerja, dia selalu mendekati masalah tersebut dari sudut lain. Hal ini oleh Joseph G. Mason disebut sebagai "harapan kreatif" Maksudnya, orang kreatif selalu berharap bisa memecahkan masalah betapa pun banyak kegagalan yang dialami yang menunda pemecahannya untuk sementara waktu. Demikianlah, industri kreatif Indonesia sangat membutuhkan sumber daya manusia yang kreatif. Usaha menumbuhkembangkannya merupakan proses yang berlangsung secara berkesinambungan. Semoga di negeri ini kian banyak insan-insan kreatif yang berkarya demi kemajuan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline