Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Baca Isinya, Nikmati Baunya

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Entah sejak kapan saya memiliki hobi yang aneh ini. Aneh, saya sebutkan demikian, karena benar-benar tidak lazim. Hobi yang lazim dilakukan orang antara lain mengoleksi batu permata, memelihara buru-burung cantik bersuara merdu, atau hobi berburu mobil antik. Berbeda dengan hobi orang pada umumnya, saya mempunyai hobi yang bisa dibilang aneh bin unik. Begini ceritanya.

Saya termasuk kelompok manusia yang suka membeli buku. Yang saya beli adalah yang menarik minat, misalnya buku-buku seputar manajemen, psikologir populer, tulis-menulis, selfhelp, dan politik. Kalau sedang ada uang yang cukup, saya pastikan akan datang ke toko-toko buku untuk berburu buku baru dan buku bestseller. Nikmat sekali rasanya berada di antara ribuan buku yang dipajang di toko. Terasa kaya walau buku-buku itu bukan milik saya, ha ha ha.

Membaui Buku

Dalam sebulan, paling tidak ada dua judul buku yang saya beli. Berburu buku dari toko buku satu ke toko buku yang lain memberi keasyikan tersendiri. Apalagi saya menemukan buku yang sesuai dengan minat atau keperluan. Saking asyiknya melihat-lihat buku kadangkala kaki sampai terasa pegal. Kalau sudah begitu, saya baru ingat kalau saya sudah berdiri cukup lama.

Jika kebetulan duit yang ada di kantong sangat terbatas sehingga hanya bisa membeli satu judul buku saja, misalnya, sementara ada lebih dari itu yang menarik minat saya, maka saya berharap dapat membelinya pada kunjungan berikutnya. Kalau saya pendam saja niat untuk membeli buku itu rapat-rapat, maka pasti akan muncul kerinduan yang semakin kuat untuk mendapatkannya. Hanya dengan memiliki dan membaca buku itu, saya merasa terpuaskan.

Setibanya di rumah, biasanya saya buka buku-buku itu satu per satu seraya membubuhkan paraf, tanggal,bulan, dan tahun pembelian di halaman dalam pada bagian judul. Sembari membaca, sesekali saya menciumi buku itu untuk menikmati aromanya. Seperti apa baunya? Tidak bisa saya jawab. Yang pasti, saya sangat menikmatinya. Ada setumpuk buku-buku terbitan Gramedia Pustaka Utama dan penerbit lainnya di meja dan almari buku. Setiap kali membaca buku itu, sayatergerak membauinya. Satu hal lagi, saya lebih suka membaui buku baru yang warna kertasnya seperti kertas koran yang agak buram, bukan yang putih bersih. Terasa lebih menyenangkan. Jadi, saya baca isinya, saya nikmati baunya.

Kalau isi buku itu berkualitas, saya merasa sangat beruntung dapat memiliki dan membacanya. Rasa syukur itu saya ekspresikan dengan membaca dan membauinya, he he he. Saat membauinya, dalam hati saya bersyukur kepada Tuhan karena dipertemukan dengan buku bagus yang berhasil memberikan nilai tertentu bagi diri saya.

Menelusuri Lorong Waktu

Berawal dari kebiasaan membaca buku-buku berguna, lalu saya tergugah untuk menulis artikel media cetak dan menulis buku, di samping menulis untuk blog sendiri dan kompasiana.com. Ternyata menulis itu juga menjadi hobi yang menyenangkan, bahkan membahagiakan. Kalau, misalnya, artikel saya di kompasiana dibaca dan dibubuhi komentar oleh para sahabat, senangnya bukan main. Berarti, pesan dalam tulisan itu telah sampai kepada pembaca. Begitu pula tatkala menulis di koran atau majalah. Kalau naskah saya dimuat, senang sekali rasanya.

Setiap kali tulisan saya dimuat di media cetak, khususnya di koran, selalu saya ingat untuk mengklipingnya. Lumayan banyak kliping yang terkumpul sejak pertama kali saya menulis pada tahun 1984. Satu hobi saya yang tak kalah aneh, kumpulan kliping koran itu seringkali saya buka-buka kembali. Untuk apa? Bukankahkliping itu sudah menjadi bagian dari masa lalu? Benar. Tetapi, saya merasa senang sekali melihat-lihat tulisan lama saya itu. Bahkan, kadangkala saya membacanya kembali hingga detail. Saya merasa seperti sedang menelusuri lorong waktu masa lalu.

Ada sesuatu yang secara rohani saya dapatkan dari pembacaan kembali kliping itu. Pertama, saya merasa sudah bisa menulis sejauh ini. Kedua, saya beryukur kepada Tuhan karena telah menganugerahi saya dengan banyak ide dan menggerakkan saya untuk menulis dan mengirimkannya ke redaksi sebuah koran dan dimuat. Ketiga, saya tergugah untuk menulis dan menulis lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline