Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Penulis dengan “Metal Detector”

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebagai penulis, ada dua hal utama yang seyogianya kita syukuri. Rasa syukur itu patut dilakukan, karena tanpa dua hal itu kita tak akan dapat menyandang predikat penulis, baik penulis pemula maupun penulis senior. Apakah dua hal yang patut kita syukuri itu?

Pertama, karunia ide-ide. Setiap insan dikaruniai ide/gagasan oleh Tuhan yang bermanfaat bagi kemajuan hidupnya. Beragam ide masuk ke ruang pikiran setiap hari. Setiap orang menanggapi kehadiran sang ide secara beragam. Ada yang menangkap, mempertimbangkan dan mewujudkannya menjadi nyata, dan lebih banyak lagi yang membiarkan ide-ide itu hadir dan berlalu begitu saja.

Salah satu cara penulis untuk dapat menyambut kehadiran ide dan mengundangnya datangadalah dengan kepekaan rasa. Dengan perasaan yang dimilikinya, penulis bisa ‘mendengar’ denyut kehidupan di sekitarnya dan menangkapnya ke dalam batin. Kepekaan rasa itu membantu mempertajam pengamatan dan perhatian penulis terhadap lingkungannya. Dengan kepekaan itu pula, penulis mampu menangkap apa yang pada umumnya terlewatkan oleh orang lain. Bagai metal detector, kepekaan rasa sang penulis dapat mendeteksi setiap getar kejadian di sekelilingnya, meresapkannya ke dalam batin, dan mengekspresikannya ke dalam bentuk tulisan pada suatu saat kelak.

Bukan hanya kepekaan rasa yang bermain, bahkan juga ketajaman pikiran. Dengan pikiran, penulis mengamati berbagai fenomena atau peristiwa di sekitar.Dengan pikiran pula muncul pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu peristiwa atau fenomena itu terjadi. Kedua pertanyaan itu membawa pikiran pada penggalian yang dalam dan penalaran yang suntuk terhadap berbagai gejala/peristiwa. Dari situ akan ditemukan jawaban sebagai refleksi atas peristiwa yang terjadi di luar diri.

Kedua, karunia kemampuan menuliskan ide. Tidak semua orang memiliki kemampuan mengekspresikan pemikirannya melalui bahasa tulis yang baik. Kemampuan itu berhasil diraih melaluiupaya keras dan panjang. Banyak sekali kalangan terpelajar yang lupa mengasah kemampuannya di bidang ini. Tatkala dituntut untuk mengekspresikan pemikiran melalui bahasa tulis, mereka lantas mengalami kesulitan yang tiada terkira.

Oleh karena itu, jangan pernah memandang enteng ide-ide itu dan kemampuan kita untuk menuliskannya. Seyogianya kita mensyukuri semua itu dan memanfaatkannya untuk sebuah visi mulia: ikut mencerdaskan bangsa. Semoga.

( I Ketut Suweca, 30 Juli 2011)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline