Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

I Love Writing (31): Menulis, Profesi Utama atau Sambilan?

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Menulis adalah hobiku. Aku sudah menulis dengan cukup lama. Namun, entahlah nanti, apakah aku akan terus menjadikan pekerjaan menulis sebagai profesiku atau sebagai sambilan saja. Sementara ini kubiarkan saja mengalir. Bagaimanakah sebaiknya?”

Terdapat dua pilihan dalam kaitannya dengan aktivitas tulis-menulis, yaitu menjadi pekerjaan menulis sebagai sambilan atau menjadikannya sebagai mata pencaharian/profesi utama. Menjadikan menulis sebagai sambilan, berarti pekerjaan menulis/mengarang itu sebagai pekerjaan sampingan saja, bukan sebagai pekerjaan utama. Ada pekerjaa lain yang dipakai sebagai sumber panghasilan. Dari sisi pengalokasian waktu, pekerjaan utamaitulah yang prioritas, apakah sebagai guru, dosen, pedagang, petani, pengusaha atau lainnya, sedangkan pekerjaan menulis menjadi nomor dua atau nomor ke sekian, dilakukan sesekali saja ketika ada waktu terluang atau ketika ada mood yang tengah berkelindan di kepala. Menjadi pekerjaan menulis sebagai sambilan lebih kepada upaya pencapaian kesenangan dari hobi menulis.

Kalau orang menjadikan pekerjaan menulis sebagai profesi utama, maka ia mesti menjadi seorang yang benar-benar berdedikasi. Artinya, ia harus memberikan pengabdian yang tinggi untuk menulis, antara lain dengan senantiasa rajin menambah wawasan dan menulisdengan produktif. Sebagai profesional, ia mengandalkan pendapatan utamanya dari menulis. Ia mungkin menjadi bagian dari sebuah penerbitan atau media, mungkin saja dia ada di luar itu, yakni menjadi seorang kolumnis atau penulis freelance. Ia mengirimkan tulisannya ke media koran, majalah, tabloid, atau media lainnya. Sebagai seorang profesional, ia dituntut menguasai profesinya dengan baik dan menjadikan pekerjaan menulis sebagai sumber penghasilan utama. Diperlukan dedikasi dengan tingkat produktivitas yang tinggi ketika seseorang menjadikan pekerjaan menulis sebagai sebuah profesi.

Berkenaan dengan hal ini, Harry Edward Neal, memberikat nasihat: “Jangan berharap akan menjadi seorang penulis yang profesional – sekali lagi ulangi, profesiaoanal – dalam waktu yang singkat. Menulis adalah seni, untuk menjadi seorang penulis yang profesional, Anda harus merencanakan studi dan bekerja dengan sungguh-sungguh seperti seorang pelajar piano yang ingin tampil di panggung, berlatih mati-matian dengan waktu yang tetap. Cobalah menggunakan tahun-tahun kehidupan Anda dengan mengembangkan kemampuan tentang teknik dan keterampilan yang akan melepaskan Anda dari golongan amatir saja dan membuat Anda menjadi seorang profesional sejati dengan imbalannya.”

Saya memiliki seorang sahabat yang berprofesi sebagai penulis. Ia menulis dari hari ke hari. Alhasil, secara rutin artikel-artikel opininya banyak menghiasi koran dan majalah. Ia juga menjadi redaksi sebuah majalah. Istrinya membuka sebuah warung kecil. Dari situ ia menghidupi keluarganya. Ternyata dia bisa, walau pun mesti hidup secara sederhana. Rekan saya lainnya, Wisnaya Wisna, berprofesi sebagai pengusaha, menjadikan menulis sebagai sambilan saja. Ia menulis ketika ada ide yang berkelindan dalam pikirannya. Ia menuliskan ide-idenya itu demikian apik dan mengirimkannya ke sebuah koran langganannya. Sesekali saya lihat artikel dan fotonya nampang di koran itu. Sahabat saya yang lainnya lagi, Romi Sudhita, yang berprofesi sebagai dosen secara rutin menulis di koran dan majalah. Ia mengaku menulis bukan semata-mata untuk memperoleh honor melainkan karena baginya menulis adalah hobi yang memberi kesenangan. “Saya berusaha agar bisa menulis beberapa artikel atau minimal ada satu artikel setiap bulannya. Agar tidak terputus,” ujarnya.

Apakah Anda memilih menulis sebagai pekerjaan utama atau sambilan? Silakan, semuanya terserah Anda. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline