Perekonomian global pada tahun 2024 mengalami ketidakpastian akibat dari tendensi geopolitik dunia yang sedang panas. Indonesia pada Triwulan I tahun 2024 dapat beradaptasi terhadap kejadian yang terjadi pada ekonomi global. Perekonomian di Indonesia menunjukan angka stabil, baik dari sektor konsumsi maupun produksi, dengan capaian sebesar 5,1% (y-on-y). Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga berbanding lurus dengan perekonomian yang terjadi di Jawa Tengah pada Triwulan I tahun 2024.
Perekonomian Jawa Tengah pada Triwulan I 2024 tumbuh sebesar 4,97% (y-on-y) dengan angka inflasi menurut data BPS Jawa Tengah mencapai 2,98% (y-on-y) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,83. Daerah yang memiliki angka inflasi tertinggi di Jawa Tengah pada Triwulan I tahun 2024 terjadi di Kabupaten Rembang dengan 4,93%, disusul dengan angka inflasi terendah terjadi di Purwokerto dengan angka 2,43 persen.
1. Bagaimana performa pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada Triwulan I 2024?
2. Bagaimana pengaruh performa perekonomian Jawa Tengah pada Triwulan I 2024 dengan angka kemiskinan Jawa Tengah?
3. Faktor-Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah Triwulan I 2024?
Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran tentang kondisi dalam suatu Negara maupun daerah yang mencakup proses dari perubahan kondisi perekonomian yang sedang terjadi secara ke berkelanjutan untuk melihat dan menilai keadaan yang sedang berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Faktor-faktor ekonomi mengambil banyak andil dalam kesinambungan dan menentukan arah pertumbuhan perekonomian dalam suatu negara maupun daerah. Publikasi resmi dari Badan Pusat Statistik dan Open Data Jawa Tengah menjadi pegangan untuk mengolah data dan mengamati laju perekonomian Jawa Tengah. Pemerintah negara dan daerah pun menyiapkan laporan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah melalui laporan Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Bappeda, dan Lembaga terikat lainnya.
Pencapaian angka 4,97% (y-on-y) pada Triwulan I tahun 2024 berbanding lurus dengan capaian dari berbagai sektor. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah dipengaruhi dari sisi produksi dan sisi pengeluaran. Sektor Industri memiliki beberapa lapangan usaha, capaian yang mendominasi perekonomian Jawa Tengah pada Triwulan I 2024 diraih oleh lapangan usaha Industri Pengolahan dengan 34,99 persen. Sisi pengeluaran didominasi dengan Komponen Pengeluaran Rumah Tangga (PK-RT) dengan angka 60,62%. Kedua hal tersebut mendominasi perekonomian Jawa Tengah, namun bukan yang tertinggi. Capaian tertinggi pada sisi produksi diraih oleh lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dengan angka 16,50%. Sisi pengeluaran tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 23,53 %. Pencapaian tersebut berbanding lurus dengan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) dengan capaian Rp445.239,85 miliar dan atas dasar harga konstan (ADHK) 2010 dengan capaian Rp284.079,96 miliar.
Menurut struk PDRB Jawa Tengah pada Triwulan I 2024 lapangan usaha atas dasar harga berlaku tidak menunjukan perubahan yang berarti dan masih didominasi dengan Lapangan Usaha Industri Pengolahan. Selain itu, pada pengeluaran atas dasar harga berlaku pada Triwulan I tahun 2024 pun belum menunjukan performa yang berarti. Perekonomian Jawa Tengah masih didominasi dengan komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang mencakup separuh dari PDRB Jawa Tengah dengan 60,62%.
Peningkatan yang positif dan stabil pada perekonomian Jawa Tengah Triwulan I 2024 membuahkan hasil pada penurunan angka kemiskinan Jawa Tengah. Dilihat dari satu periode terakhir, angka kemiskinan Jawa Tengah terus mengalami penurunan dari Maret 2014 dengan angka 4,84 juta orang menjadi 3,70 juta orang pada Maret 2024. Perkembangan garis kemiskinan di Jawa Tengah merupakan nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan bukan makanan yang harus dipenuhi agar tidak tergolong kategori miskin. Garis kemiskinan Jawa Tengah pada Maret 2024 sebesar Rp 507.001 per kapita/bulan, naik sekitar 6,16 persen dari Maret 2023 sebesar Rp 477.580. Kenaikan angka Garis Kemiskinan ini tidak lepas dari komoditi yang memberikan sumbangsih besar untuk keluar dari zona kemiskinan. Beras menjadi komoditas terbesar yang memberikan sumbangsih pada kenaikan Garis Kemiskinan Jawa Tengah pada Triwulan I 2024 sebesar 22,73% di perkotaan dan 24,31% di pedesaan.
Garis Kemiskinan per Rumah Tangga pada Triwulan I tahun 2024 sebesar Rp2.281.505/bulan mengalami peningkatan sebesar 11,62% dari Maret 2023. Namun, persoalan kemiskinan memiliki kompleksitas yang tinggi tidak hanya dari jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang harus diperhatikan adalah tingkat keparahan dari kemiskinan dan indeks kedalaman kemiskinan tersebut sebagai gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada Maret 2024 sebesar 1,640 dan Indeks Keparahan Kemiskinan sebesar 0,374, mengalami penurunan dari Maret 2023.