Lihat ke Halaman Asli

ECOFINSC UNDIP

Kelompok Study Finance FEB UNDIP

Nilai Tukar Rupiah Secara Simultan Mendapatkan Tekanan yang Cukup Berat

Diperbarui: 14 November 2023   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbuka memiliki kaitan dengan perdagangan internasional dan pergerakan nilai tukar mata uang asing, terutama terhadap mata uang dolar Amerika Serikat. Menurut data Reuters, pada akhir Maret 2023, penggunaan yuan dalam pembayaran dan penerimaan lintas batas mencapai 48,4%, sedangkan dolar Amerika Serikat turun menjadi 46,7%. Hampir setiap negara pada saat ini tidak bisa mengabaikan interaksi ekonominya dengan luar negeri. Hal ini disebabkan oleh semakin banyak dan beragamnya kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Kapasitas produksi dari berbagai komoditi dalam negeri memiliki keterbatasan dalam meningkatkan jumlah dan jenis barang atau jasa yang diproduksi. Keadaan seperti inilah yang mendorong terjadinya kegiatan perdagangan luar negeri baik berupa barang maupun jasa antarnegara. Hal tersebut berlaku pula bagi Indonesia. Perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, menyebabkan terjadinya hubungan antar negara yang saling terkait dan meningkatnya arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. negara-negara ASEAN, Vietnam memiliki indeks ekspor tertinggi, sedangkan Filipina memiliki indeks ekspor terendah. 

          Sementara itu nilai indeks ekspor Indonesia berada di tengah-tengah antara Malaysia dan Singapura, dengan nilai indeks ekspor tahun 2010 sebesar 241,3. Dengan semakin meningkatnya perkembangan ekspor, maka hubungan perdagangan antara Indonesia dengan negara-negara lain baik secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada perubahan indikator makro suatu negara. Apalagi dengan diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas (freely floating system) maka posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing ditentukan oleh mekanisme pasar. Nilai tukar rupiah secara simultan mendapatkan tekanan yang cukup berat karena besarnya kapital outflow akibat hilangnya kepercayaan investor asing terhadap prospek perekonomian Indonesia. Tekanan terhadap nilai tukar tersebut diperberat lagi dengan semakin maraknya kegiatan spekulatif buble, sehingga sejak krisis berlangsung nilai tukar sempat mengalami depresiasi hingga mencapai 75%. Perubahan nilai tukar dapat mengubah harga relatif suatu produk menjadi lebih mahal atau lebih murah, sehingga nilai tukar terkadang digunakan sebagai alat untuk meningkatkan daya saing (mendorong ekspor). Perubahan posisi ekspor inilah yang kemudian berguna untuk memperbaiki posisi neraca perdagangan.

Fenomena yang baru – baru ini sering kali dibahas banyaknya negara - negara yang menyerukan dedolarisasi yang membuat pelemahan mata uang dolar terhadap mata uang lokal. Pada data Reuters, pada akhir Maret 2023, penggunaan yuan dalam pembayaran dan penerimaan lintas batas mencapai 48,4%, sedangkan dolar Amerika Serikat turun menjadi 46,7%. Dedolarisasi ini adalah proses atau kebijakan di mana suatu negara atau wilayah mengurangi penggunaan atau ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat sebagai mata uang utama dalam transaksi ekonomi, perdagangan internasional, atau keuangan. Dedolarisasi dilakukan untuk mengurangi risiko terkait fluktuasi nilai tukar dan kebijakan moneternya yang diatur oleh bank sentral AS, serta mengurangi ketergantungan terhadap ekonomi AS secara keseluruhan. Alasan mengapa suatu negara atau wilayah mungkin mempertimbangkan dedolarisasi. Beberapa negara mungkin merasa rentan terhadap perubahan kebijakan moneter AS yang dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang mereka atau menimbulkan ketidakstabilan ekonomi. Selain itu, ada juga kekhawatiran tentang dominasi dan pengaruh yang dimiliki AS dalam sistem keuangan global. Setiap negara melakukan perdagangan internasional karena dua alasan utama, yang masing-masing menjadi sumber bagi adanya keuntungan perdagangan (gains from trade) bagi negara tersebut. Penurunan ekspor Indonesia tidak lepas dari krisis yang dialami oleh hampir semua negara di Eropa dan Amerika. 

Krisis finansial di Benua Eropa bergerak ke arah yang semakin tidak menguntungkan. Badai krisis tidak cukup menyerang negara non inti zona euro seperti Yunani, Portugal, dan Irlandia, tetapi juga mengguncang inti zona Euro termasuk Italia dan Spanyol karena interkoneksi sistem perekonomian antar negara anggota. Pertumbuhan ekonomi telah berhenti di Eropa. Kondisi yang sama nyaris terjadi di Amerika Serikat yang belum sepenuhnya pulih dari krisis utang sejak tahun 2008. Lembaga Capital Economics memprediksi pertumbuhan ekonomi Amerika hanya 2%. Batubara merupakan salah satu komoditas ekspor non-migas terbesar di Indonesia. Perubahan harga batu bara memiliki dampak signifikan pada perekonomian Indonesia. Penurunan harga batu bara disebabkan oleh menurunnya permintaan yang drastis di Eropa, karena negara-negara di sana beralih menggunakan gas sebagai sumber energi. Batubara merupakan energi fosil yang sangat banyak tersedia di Indonesia dibandingkan dengan minyak dan gas bumi. Cadangan batubara Indonesia terhitung mencapai 83 persen dari total cadangan energi fosil yang ada di Indonesia. Cadangan batubara Indonesia hingga akhir tahun 2012 mencapai 21 juta ton, meningkat 3,4 persen dibandingkan tahun 2011 karena ditemukannya
cadangan batubara baru di daerah Papua Barat dan daerah perbatasan Kalimantan dengan Malaysia. Dibandingkan dengan cadangan batubara dunia, cadangan batubara Indonesia total hanya 3 persen dari total cadangan batubara dunia. dan 40 kali lipat lebih rendah dibandingkan cadangan batubara yang dimiliki Cina yang merupakan negara tujuan utama eskpor batubara Indonesia. 

Dengan tingkat produksi batubara saat ini sekitar 350 juta ton per tahun, ketersediaan batubara Indonesia diperkirakan hanya dapat mencapai hingga 75 tahun. Tahun 2012 adalah titik terendah perkembangan harga batubara Indonesia akibat gangguan ekonomi yang terjadi di Amerika dan Eropa yang kemudian mempengaruhi tingkat produksi China sebagai pengguna batubara utama Indonesia. Penurunan harga batubara Indonesia seiring dengan penurunan harga batubara global. Penurunan harga ini merupakan dampak dari pengembangan shale gas murah di Amerika Serikat yang mengakibatkan penggunaan batubara di Amerika Serikat menurun sehingga terjadi kelebihan stok yang pada akhirnya diekspor. Peningkatan ekspor batubara dari Amerika Serikat ini menyebabkan pasokan batubara global berlebih sementara kebutuhan batubara cenderung menurun sehingga memicu turunnya harga batubara global. Harga batu bara yang kembali melesat memberikan sentimen positif ke rupiah, tetapi pelaku pasar juga masih wait and see, sebab banyak event yang bisa memberikan dampak signifikan. Data Refinitiv menunjukan, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,11% ke Rp 14.140/US$, tetapi dalam waktu yang singkat kemudian sudah berbalik melemah 0,04% di Rp 14.160/US$. Harga batu bara yang mulai mengalami kenaikan lagi bisa memberikan dampak positif ke rupiah. 

Pada beberapa saat lalu, harga baru bara acuan Ice Newcastle Australia untuk bulan November yang nilainya nyaris 21% di pekan ini ke US$ 191/ton. Batu bara merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia, Kenaikan harganya membuat neraca perdagangan mencatat surplus, dan pendapatan pajak negara melonjak, sehingga memberikan dampak positif ke rupiah. Rilis PDB AS jika lebih rendah dari prediksi tentunya akan memundurkan lagi ekspektasi kenaikan suku bunga. Apalagi, ketua bank sentral AS (The Fed) pada pekan lalu sekali lagi menegaskan belum saatnya menaikkan suku bunga. Data PDB Amerika Serikat akan dirilis 28/10, sehari setelahnya akan dirilis data inflasi versi personal capital expenditure (PCE). Hasil survei Reuters menunjukkan inflasi PCE Inti tumbuh 3,7% year-on- year (YoY) di bulan September, lebih dari dari bulan sebelumnya 3,6% YoY yang merupakan level tertinggi dalam 3 dekade terakhir. Jika sesuai prediksi, maka stagflasi akan semakin meningkat, dan dolar AS yang akan diuntungkan sebab menyandang status safe haven. Maka dari itu, Dedolarisasi dapat berdampak pada penerimaan pajak ekspor dan impor Indonesia dalam beberapa cara, tergantung pada mekanisme dedolarisasi yang diterapkan dan kondisi ekonomi yang terkait. Beberapa pengaruh potensial dedolarisasi terhadap penerimaan pajak
ekspor dan impor Indonesia yaitu :
     1. Pengaruh pada volume perdagangan 

Dedolarisasi mempengaruhi volume perdagangan ekspor dan impor. Jika eksportir dan importir menggunakan mata uang lokal
atau mata uang regional, hal itu dapat membuka peluang baru untuk bertransaksi dengan negara-negara yang sebelumnya sulit dijangkau karena ketergantungan pada dolar AS. Jika volume perdagangan meningkat, maka penerimaan pajak ekspor dan impor juga
berpotensi meningkat.
     2. Pengaruh pada nilai tukar 

Dedolarisasi mempengaruhi nilai tukar mata uang lokal, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi nilai tukar ekspor dan impor. Jika mata uang lokal menguat sebagai hasil dari dedolarisasi, harga ekspor dalam mata uang asing bisa menjadi lebih tinggi, yang mungkin mempengaruhi daya saing dan volume ekspor. Sebaliknya, impor menjadi lebih murah dalam mata uang lokal, yang mungkin meningkatkan volume impor. Perubahan ini dapat berdampak pada penerimaan pajak ekspor dan impor.
     3. Pengaruh pada biaya konversi mata uang 

Dedolarisasi dapat mengurangi biaya konversi mata uang dalam transaksi perdagangan. Jika eksportir dan importir menggunakan mata uang lokal atau mata uang regional, biaya yang berkaitan dengan konversi ke dolar AS atau mata uang lain dapat dikurangi atau dihilangkan. Ini dapat mengurangi biaya operasional dan meningkatkan keuntungan bagi pelaku perdagangan. Namun, dampak langsung pada penerimaan pajak ekspor dan impor mungkin tidak signifikan, kecuali jika volume perdagangan secara keseluruhan meningkat. Pengaruh dedolarisasi terhadap penerimaan pajak ekspor dan impor Indonesia dapat sangat bervariasi tergantung pada konteks ekonomi, kebijakan yang diterapkan, dan dinamika pasar internasional. Dalam melakukan dedolarisasi, pemerintah perlu mempertimbangkan secara cermat potensi dampaknya terhadap penerimaan pajak dan mengambil langkah- langkah yang tepat untuk menjaga stabilitas dan keberlanjutan penerimaan pajak ekspor dan impor.

           Dari pembahasan diatas nilai pasokan dan nilai pertumbuhan pasokan batubara nasional yang merupakan hasil dari proses monetisasi sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Yang dijadikan economic shock dalam simulasi Input-Output adalah nilai pertumbuhan pasokan batubara nasional. Nilai pasokan batubara nasional yang tumbuh sebesar Rp. 583.903.373.000.000. Sedangkan untuk skenario 4, karena tidak ada pertambahan produksi batubara mengingat produksi batubara nasional dipatok sebesar 432 juta ton per, maka economic shock berupa penurunan nilai ekspor dan kenaikan nilai konsumsi domestik batubara. Total kenaikan nilai konsumsi domestik dan kenaikan nilai ekspor batubara Proses monetisasi dilakukan dengan mengalikan volume kenaikan ekspor batubara dengan harga ekspor dan kenaikan volume konsumsi domestik batubara dengan harga domestik. Berdasarkan pembahasan diatas, ekspor Indonesi secara keseluruhan menunjukkan perkembangan tren yang positif, walaupun sempat menujukkan terjadinya penurunan ekspor Indonesia. Demikian pula halnya dengan ekspor ke negara tujuan utama ekspor barang dan jasa Indonesia secara
keseluruhan menunjukkan tren positif dengan negara tujuan utama yaitu negara-negara ASEAN, Eropa, dan Amerika. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline