Lihat ke Halaman Asli

Hey, Maaf Aku Telah Membicarakanmu!

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sih yang mau menjadi bahan pembicaraan orang lain? Bila yang dibicarakan tentang kebaikan-kebaikan mungkin tidak begitu menjadi masalah. Nah, bila yang dibicarakan tentang keburukan-keburukan- pasti tidak ada yang bisa terima- langsung saja naik pitam. Tetapi ada juga beberapa orang yang bersikap biasa-biasa saja, dan menganggapnya sebagai angin lalu.

Bergunjing, ghibah, bergosip, ngerumpi apapun namanya pasti sangat menyenangkan. Sebagian orang bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk sekedar membicarakan orang lain. Tidak bermaksud menyudutkan kaum hawa yang menjadikannya- sebagai “ritual” wajib- untuk mengisi waktu luang, ternyata kaum Adam pun tidak mau kalah. Di sela-sela jam istirahat kerja, ketika “hang out” bersama teman-teman, atau sekedar kongkow-kongkow dengan tetangga satu komplek, kegiatan “nge-rumpi” sepertinya sudah menjadi “life style” di kehidupan bermasyarakat.

Begitu pun saya sebagai manusia normal. ketika melihat tingkah-laku seseorang yang tidak disenangi dengan tingkahnya yang sedikit “memuakan” . terusiklah perasaan dihati untuk membicarakan orang tersebut kepada oran-orang terdekat..

Sebagai Muslim, sebenarnya saya sangat sadar. Bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan yang tercela. Bahkan merupakan salah satu perbuatan yang dilarang oleh Agama dan sangat di benci Allah SWT

Sekuat tenaga saya selalu mencoba untuk menahan diri, melawan hasrat yang sulit dikendalikan . Agar tidak menjadikannya sebagai bahan pembicaraan dengan orang-orang terdekat ;Teman, istri, saudara maupun orang tua, yang telah terbiasa menjadi “tempat sampah” saya. Tempat saya berkeluh kesah dan membuang setiap “uneg-uneg ” yang kerap mengganjal di hati.

Setelah terus-menerus saya coba hingga kini. Beberapa kali saya sanggup menahan diri, dan beberapa kali pula saya gagal. Karena tingkah laku orang itu sudah terlalu “memuakan” di mata saya. Sehingga tidak ada satu hal pun yang terlihat baik tentang-nya di mata saya.

Hey, kamu yang selalu mengusik perasaanku dengan tingkah-laku mu itu. maafkan, bila Aku selalu membuatmu sebagai bahan pembicaraan. Melalui tulisan ini aku mohon di bukakan pintu maaf yang seluas-luasnya atas kelemahanku sebagai manusia ini.”




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline