Sejarah pemikiran modern berlangsung antara tahun 1500-1800. Pemikiran modern lahir dari konteks sosial, politik, religius, ilmu pengetahuan dan ekonomi zamannya yang ditandai oleh berbagai fenomena (berakhirnya dominasi Gereja dan aristokrat dalam berbagai bidang, reformasi dan kontra-reformasi, emansipasi kelas-kelas sosial, pembaruan tatanan politik, revolusi ilmu pengetahuan) yang menuntut sumbangan pemikiran filosofis demi transformasi budaya.
Humanisme dan renesans mengawali periode filsafat modern. Burdoch menjelaskan keduanya sebagai satu fenomen budaya yang sama yang membawa spirit dan visi pembaruan dengan menggunakan sarana studia humanitatis. Pemicu filsafat modern adalah revolusi ilmiah yang diprkarsai Copernicus dan dikembangkan oleh Kepler, Brahe, Galilei, dan Newton, yang menawarkan berbagai perubahan dalam cara pandang terhadap kosmos, manusia, dan Allah. Filsafat pun berkembang membahas matra-matra sosial-politik seperti yang digeluti Machiaveli, More, Bodin hingga Grotius. Selanjutnya dibahas persoalan seputar metode dan kritik. Dalam hal ini lahir aliran pemikiran rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme menekankan dasar pengetahuan yang sifatnya apriori. Para rasionalis seperti Descartes, Leibniz, Spinoza, mengungkapkan bahwa sumber pengetahuan adalah akal (rasio) dan pengalaman hanya digunakan sebagai alat untuk mendukung apa yang telah dipikirkan sebelumnya. Empirisme yang didukung oleh tokoh-tokoh semisal Hobbes, Locke, dan Hume, mengedepankan sifat aposteriori pengetahuan dengan menekankan bahwa pengalaman inderawi sebagai satu-satunya sumber pengetahuana yang absah. Selanjutnya sekitar abad-18 di Eropa lahirlah masa yang disebut zaman pencerahan (Aufklẚrung), yang mengedepankan pendewaan ilmu pengetahuan, perkembangan paham empirisme, rasionalisme, anti-tradisi, dan optimisme utopis. Pada masa-masa ini, Kant hadir dengan filsafat kritisisme-nya dengan membangun suatu sintesis apriori sebagai dasar pemikiran yang benar. Filsafat transendental Kant memberi pengaruh yang amat besar bagi pemikiran-pemikiran selanjutnya. Sebagai reaksi terhadap zaman pencerahan, lahirlah zaman Romantik yang menekankan sensus, gairah, tradisi, hingga sejarah. Muncul pula aliran idealisme yang berpendapat realitas seluruhnya adalah buah aktivitas subjek; (para idealis Jerman, Fichte, Schelling dan Hegel). Posisi global Hegel, idealisme logis-historis (yang memahami realitas sebagai konstruksi logis dunia oleh manusia yang dalam lintasan zaman dalam hidup menerima pengalaman pribadi konkret dalam semua matra) menjadi hasil akhir seluruh proses historis kultural modern; merangkum seluruh peralihan humanisme teosentris-humanisme antroposentris.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H