Lihat ke Halaman Asli

Ecik Wijaya

Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pengarnya Jaman

Diperbarui: 11 Mei 2023   07:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pengar dalam serbuan berita dukacita yang menerus tampil di layar-layar gadget, televisi, pun siaran dari toa-toa sepanjang waktu
Pengar dari orang-orang yang sibuk tak peduli, mencaci dan menjauhi simpati
Pengar pada kepicikan yang melupakan nalar dan kecil hati
Pengar pada kata aku bersandar pada Tuhan atas segala, tapi khianat pada uji yang dituliskan-Nya
Sedikit mabuk, karena merasa belum siap menerima ada buah kelalaian, keterlambatan berbuat, musnahnya banyak kesempatan
Kemabukan yang membuat seluruh dunia terasa bergoyang ke kanan dan ke kiri, menggelinding semacam bola yang tak lagi tahu kemana hendak bertuju
Adalah begitu dahsyat dan luar biasa jiwa menerima segala dengan macam kejadian
Bila saja, kemabukan bisa terlihat dan melihat segalanya dengan sandaran yang kuat maka hikmah manis akan menghapus pengar
Wuh kemabukanku saja tak berujung.  Belum mau bangun dari mimpi yang nyaman. Belum juga mau terima kondisi yang menghimpit. Ah jiwaku pun masih nyalang  kesana kemari mencari telaah
Bangun!
Bangun!
Masih ada seutas nafas yang harus dibesarkan nyalinya, demi kamu dan demi mereka.
Bakar nyali sekali lagi!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline