Aku sudah menggali lubang.
Kau pun sudah menggali lubang
Dan mereka pun telah menggali lubang.
Tapi tak dijumpai sumber air yang keluar dari bibirnya.
Malah buncah resah kita yang kian saling silang
Alangkah dalam yang sudah digali
Disini kedalaman lubang sudah tiga puluh meter, tak ada..
Kau gali lima puluh meter. Mereka beratus meter, pun tak ada
Seakan air kian hilang, menguap entah kemana
Udara kian panas. Apakah itu sebabnya?
Entah. Terlampau awam kepalaku.
Seingatku. Masa kanakku.
Kali-kali begitu deras airnya
Dibawah bebatuan, pasti kutemu udang dan ikan-ikan kecil berlarian
Tapi kali-kali hari ini kering kerontang
Subur dengan ilalang ,tentu tambang batu dan pasir mulai turut subur
Lubang sumur yang tua sudah kering berpuluh tahun lalu
Seiring surutnya air di kali-kali itu
Tak ada anak-anak yang bersenda gurau mandi, bermain disitu
Lalu udara sejuk turut lari
Aku bingung, kau pun bingung
Apalagi mereka yang dikepung oleh kemarau dan tanah kering bertahun, lebih bingung
Sulit menikmati sejuknya mandi apalagi untuk menggarap sawah
Semua berebut, juga tak mau berbagi
Lucunya, kita diajak menanam pohon
Agar akar-akarnya menyimpan air di dalam tanah kembali
Malah menanam pohon dalam pot
Lugu sekali kita atau berusaha lucu
Sedangkan dengan mata terbuka
Kita lihat bukit bukit, hutan-hutan tandus dan terbakar, pun ada yang ditebang dengan sengaja
Entah atas nama apa lagi
Alasan-alasan yang akan kita buat
Agar sedikit menutupi kesalahan sendiri
Padahal jelas, kitalah penyebab
Penyebab banjir dan kekeringan!
Masihkah bertanya??
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H