Kelopak daun waktu kita mungkin akan berguguran malam ini atau esok pagi
Sebelum menyapa semburat jingga yang karib di ufuk timur
Dan tetes embun tak lagi dirasa sentuhannya dalam pandangan
Mungkin selagi itu kau terperangkap dalam hutan belantara sendiri
Tiada kantong bekal dan kawan yang memandu
Yang tak mendapati jalan keluar atau pun cukup pelita kala sungguh malam hitam
Terperangkap sendiri itu seperti dalam labirin kepala
Tak menemu apapun selain gema-gema kita sendiri
Sayang, jadikan saja luka-lukaku oleh waktu sebagai jejak-jejak memawar merah
Yang memberi aroma mewangi untuk kau ikuti hingga mendapati jalan
Atau sayang, jadikan tetes-tetes airmataku yang kemarin berjibaku di mata dan hati tak kunjung usai
Menjadi kerlip cahaya kunang-kunang
Ikuti dia terbang, kalahkan dirimu
Kunang-kunng hanya mencari kerimbunan yang rendah dan aliran air yang menuju muara
Sayang, bila jejak tak terbaca dan gelap terlampau gulita
Dan tak ada aku untuk kau cipta sebuah peta
Mungkin cinta yang berdegup dalam dadamu bisa membawamu pulang
Mungkin saja, mengingat rasa yang membuat nyali hidupmu berdetak
Kau akan terdesak rindu yang mendorongmu kembali pulang dengan jalan tak terduga
Sayang, paksalah satu ingatan menjadi ribuan tanda cahaya
Agar kelopak daun waktu kita yang cuma sehelai
Tak bakal rebah melayu dengan kesia-siaan yang bakal berat oleh sesal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H