Lihat ke Halaman Asli

Ecik Wijaya

Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

"Pada Dua Kehidupan"

Diperbarui: 1 April 2021   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

# Dilautan kehidupan pertama
Aku membilang kata dari tiap sungai, laut dan gunung diri
Aku membilang doa-doa dari para Rahib, pendeta dan para wali
Aku membilang janji dari matahari dan bulan yang berputar
Aku membilang luka dari tiap tingkah dan suara para penghujat
Aku membilang suka dari tiap perut lapar dan airmata yang papa
Aku membilang cinta dari para pejalan dan pencinta
Aku membilang diriku dalam kutuk dan sumpah serapah


# Di lautan kehidupan Kedua
Kau dan aku berhadapan
Saling membuka buku utang piutang
Aku menuntut hakku
Kau menuntut wajibku
Kita berhitung sampai lupa waktu
Sampai habis terhitung tanpa sisa
Kepuasan hanya ada disaat itu
Siapa yang rugi
Siapa yang untung
Kala sama-sama ada dipengadilan
Bukuku, bukumu
Catatan di kehidupan pertama
Saat kau dan aku tahu perputaran matahari
Dan mengenal seluruh nama
Lalu kita memakainya untuk sengketa
Mencari benar dan salah
Menduga kedalaman kebaikan dan keburukan
Kita yang sama-sama tenggelam dalam sumur keringat dan darah
Kuyup dalam buku-buku dan mata sang Hakim

Aku dan kau
Sekali itu berhadapan, sebelum terpisah abadi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline