Lihat ke Halaman Asli

Ecik Wijaya

Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

"Bangkai"

Diperbarui: 27 Maret 2021   18:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku mencium aroma bangkai
Pada taman-taman berbunga
Pada ratusan sungai jernih kemilau
Pada ribuan waktu yang berulang
Pada mulut-mulut berbaju zirah dan sutra

Sepanjang matahari berputar
Dan rembulan bercahaya di tiap malam
Sejauh aku pergi melintasi jarak dan ruang
Aroma bangkai merusak segala keindahan
Kekasaran jiwa yang menyelinap menemu sekutu

Perjalanan menapaki wajah-wajah semesta
Terdampar dari yang paling buruk dan bagus
Hanyalah ekor penciuman yang tak dapat dibantah kejujurannya

Hingga lidah asam, kepala bergoyang keras dan dada yang menyerupai gelombang pasang

Kehakikian, menolak keburukan
Aroma bangkai menolak segala kerupawanan semesta
Kondrat manusiaku tertolak dimana-mana
Aku tak menemu wewangian yang tak lebih buruk dari jaman ini

Inilah padang yang panjang
Perjalanan sejauh jiwa mencari
Menemu dan pergi dari tiap pekatnya muasal aroma bangkai
Melewati lembah-lembahNya dengan buta
Menyusuri muara-muaraNya dengan tuli

Aku dan kepapaan jiwa yang terlunta
Mencabik mulut sendiri
Mencium aroma mulut sendiri
Menelan kata-kata sendiri
Bangkai!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline