Lihat ke Halaman Asli

Ecik Wijaya

Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Hari Ke Empat Puluh

Diperbarui: 7 Januari 2021   03:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sudah hari ke empat puluh
aroma hitam saat subuh  masih serasa tadi atau kemarin
Ia lekat seperti pasangan kekasih
Kesana kemari membayangi dalam hari-hari
Meski bayang-bayang tak mungkin di nyatakan

Sudah hari keempat puluh
Sudut kamarmu masih sama, belum berubah
Aroma cendana di pembaringan pun belumlah sirna
Lorong ingatan terus saja terbuka
Seperti bebungaan yang warnanya terang dibawah sinar matahari

Sudah hari ke empat puluh
Riuhku, gempitaku kini milikku sendiri
Jalan-jalan sunyi tanpa kata-katamu
Kecuali rambu sepanjang jalan  yang pernah kau dirikan
Aku diam tergugu,  mentafakuri cintamu

Tak lagi menemu untuk disentuh
Namun sentuhanmu kian terasa erat
Bagaimana bisa menemu cinta saat sudah lepas dari genggaman
Bagaimana bisa  rindu tersampaikan tanpa pintu perjumpaan
Sudah hari ke empat puluh, kau pulang

Maka yang hilang baru nyata dalam pandangan
Hukuman tak terperi tetaplah sesal tak berkesudahan 

Kau pulang, aku tak lagi utuh disini

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline