Sudah hari ke empat puluh
aroma hitam saat subuh masih serasa tadi atau kemarin
Ia lekat seperti pasangan kekasih
Kesana kemari membayangi dalam hari-hari
Meski bayang-bayang tak mungkin di nyatakan
Sudah hari keempat puluh
Sudut kamarmu masih sama, belum berubah
Aroma cendana di pembaringan pun belumlah sirna
Lorong ingatan terus saja terbuka
Seperti bebungaan yang warnanya terang dibawah sinar matahari
Sudah hari ke empat puluh
Riuhku, gempitaku kini milikku sendiri
Jalan-jalan sunyi tanpa kata-katamu
Kecuali rambu sepanjang jalan yang pernah kau dirikan
Aku diam tergugu, mentafakuri cintamu
Tak lagi menemu untuk disentuh
Namun sentuhanmu kian terasa erat
Bagaimana bisa menemu cinta saat sudah lepas dari genggaman
Bagaimana bisa rindu tersampaikan tanpa pintu perjumpaan
Sudah hari ke empat puluh, kau pulang
Maka yang hilang baru nyata dalam pandangan
Hukuman tak terperi tetaplah sesal tak berkesudahan
Kau pulang, aku tak lagi utuh disini
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI