Lihat ke Halaman Asli

Ecik Wijaya

Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

"Airmata Ibu"

Diperbarui: 24 November 2020   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Matahari kali ini cahayanya menyengat  sangat
Ubun-ubun anak negeri seperti tersengat
Masa berat beratus beribu hari menusuk sembilu
Luka buncah,  airmata ibu Pertiwi menganak sungai

Kita memanen tiap detik yang ditanam
Permainan dan tipu-tipu berbuah duri
Lalu hujat menghujat anak negeri semburat
Muncrat di jalanan hidup berbangsa yang terbakar

Ya, kali ini tak ada penjajah membawa bedil
Namun sepatu kependudukan bergema dimana-mana
Semacam gema tanpa  terlihat mulut siapa
Kita beradu dalam kegetiran penantian apa yang bakal kita makan esok

Ibu Pertiwi yang terluka seperti lantunan lagu masa lalu
Menyeruak di pasar-pasar, di mesjid, di gereja, di pura, di lorong-lorong seantero negeri
Pedih terasa, mereka hanya mendengar pantulan gema di berita
Tersudut dan mati di rumah sendiri, berkubang airmata

Di beranda negeri, teronggok beribu berita sampah
Yang dituliskan dengan banyak kepentingan
Mereka berlomba mengenyangkan perutnya sendiri
Membiarkan saudara, kawan,dan tetangganya dijadikan tumbal atas nama bakti

Kita memanen air mata
Karena tak pernah mau betul belajar dari masa lalu
Mengulang jejak tanpa pernah mau mengukir yang baru
Mari menangis! senyampang masih banyak sumber airmata yang tersimpan

Sekali lagi, Ibu Pertiwi berlinang airmata !




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline