Lihat ke Halaman Asli

Ecik Wijaya

Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Ketika Senja Sudah Tiba

Diperbarui: 22 November 2020   06:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masih jelas teringat  Bapak gedor-gedor pintu rumahku 15 tahun yang lalu. Pagi masih bayi, aroma subuh belum berlalu.  Mendengar gedorannya, tanda kalau bapak sepertinya gusar sekali.  Cepat-cepat kubuka pintu, Bapak sudah menerobos masuk sambil ngomel-ngomel.

"Aih kamu beri Bapak hape jelek lagi ya?!! " hardiknya. 

" Maksudnya apa, pak..itu sudah dua kalinya aku ganti lho!" tukasku lekas, tiba-tiba ikut tersulut emosi.

" Laaah...buktinya hape ini tiap bunyi atau terima telpon gak ada suaranya.. kalau pun ada volumenya nyaris gak terdengar."

" Masak ganti lagi paaak...?"

" Ya  kamu ganti, khan Bapak beli sama kamu! Masak minta ganti sama orang, dijual lagi juga uang bapak gak balik utuh!" Sungutnya sambil menghempaskan tubuhnya di kursi tamu .

"Duh pak, sini aku cek dulu aja.." 

Bapakku memang membeli hape bekas dariku. Secara aku nyambi jualan pulsa dan hape bekas depan rumah. Ini kali ketiga minta tukar hape yang lain, padahal sudah kucek berulangkali hape-hape itu gak  ada masalah.

Kesal juga jadinya, aku utak atik pengaturan volume normal semua.

" Normal semua gini lho paak...ini volumenya juga udah kedengrran kok, coba dah ..aku telpon bapak angkat ya.." 

Hape kusodorkan ke bapakku, masih dengan wajah gusarnya diambilnya . Aku keluar ke teras untuk mencoba menelpon dengan sedikit berjarak 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline