Mantan Kapolda Sumbar, Irjen Pol (Purn) Fakhrizal selama ini dikenal sebagai Jenderal berhati lembut dan penuh kesantuanan. Namun siapa sangka, jenderal kelahiran Agam, Sumatera Barat ini mempunyai sikap yang tegas. Tegas dalam artian bukan berarti keras. Tegas yang dimaksud adalah Fakhrizal yang berani mengambil keputusan yang benar. Maka tak pelak, gebrakan-gebrakan postif pun beriringan muncul.
Seakan tak ada yang berani membantahnya, namun dengan ketegasan yang disertai dengan kelapangan hati dalam menghadapi setiap masalah, pada akhirnya semua yang dihadapi dapat dengan mudah terselesaikan. Pepatah Minang mengatakan, 'sampik hati batinggaan, sampik kalang bakalakangan'. Artinya, tidak semua hal yang harus diselesaikan dengan cara kekerasan. Setiap masalah pasti ada solusi yang dapat digunakan.
Seperti halnya saat beliau menjabat sebagai Kapolda Sumbar pada rentang waktu 2017 hingga 2019. Sebuah masalah pun datang dan disertai dengan tudingan yang bermacam-macam. Kasus tanah Lehar yang berada di Kawasan By Pass, kecamatan Koto Tangah misalnya.
Beliau dituding berpihak kepada mafia tanah dan mendapatkan keuntungan dari kasus tersebut. Namun, dengan santai tapi meyakinkan, beliau menjawab tudingan tersebut dan mengatakan bahwa dirinya siap bersumpah jika mengambil keuntungan dari kasus tersebut.
Bahkan, dirinya juga sempat melakukan musyawarah dengan ninik mamak Koto Tangah untuk menyelesaikan kasus tersebut. Karena tanah yang dipermasalahkan sebagian merupakan tanah nagari. Hingga selesai kasus tersebut, tanah nagari yang disengketakan akhirnya kembali kepangkuan nagari yang memang tanah tersebut milik kenagarian setempat.
Begitulah pria berkumis ini dalam menyelesaikan kasus. Bahkan, tudingan yang dihadapkan kepada dirinya ditanggapi dengan santai. Pasalnya, beliau sendiri yakin dan tidak mendapatkan keuntungan untuk dirinya maupun instansi terkait atas sengketa tanah tersebut.
Bahkan, hingga kasus itu berakhir, Jenderal Ninik Mamak pun langsung bersender di pundak beliau. Karena dirinya dianggap mampu dan menggunakan cara adat dan istiadat yang dianut di Minangkabau yang digunakan dalam menyelesaikan suatu masalah yakni dengan jalur musyawarah.
Hal ini pun menjadi pengingat masyarakat bahwa beliau memang pantas untuk menjadi pemimpin Sumbar. Masyarakat sangat merindukan sosok seperti Fakhrizal sang Jenderal pembawa perubahan bagi Sumbar. Pantas juga jenderal bintang dua mendapatkan tempat dihati masyarakatnya, disayangi bahkan dicintai.
Kini, masyarakat tengah menanti kemenangan yang akan diraihnya bersama birokrat berpengalaman yakni Genius Umar, mantan Walikota Pariaman. Bersama Genius, Fakhrizal ingin mmbangkitkan marwah Sumbar seperti sediakala, Sumbar yang dihargai, Sumbar yang Maju. Maju masyarakatnya, Maju daerahnya dan Maju pola pikirnya. Hingga membawa Sumbar kepada tatanan bermasyarakat yang sesuai dengan Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H