Lihat ke Halaman Asli

Kisah Inspiratif Para Penulis

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku : A Cup of Tea for Writer

Penulis             : Triani Retno A, Herlina P Dewi, dkk.

Penerbit          : Stiletto Book

Cetakan          : I, September 2012

Tebal               : xi + 195 halaman

Dewasa ini, tidak sedikit buku mengenai kiat-kiat menulis yang beredar, tapi kurang begitu mengena bagi pembaca. Kiat-kiat itu tepat. Bahkan luar biasa. Tapi bagaimana jadinya jika motivasi si pembaca yang ingin menulis itu tidak dibangun terlebih dahulu. Tentu kiat-kiat jitu yang ada dalam buku tersebut seolah tinggal raga tanpa jiwa. Sebatas tips-tips yang tidak akan ada artinya jika si pembaca tidak memiliki ruh yang kuat untuk merealisasikannya.

Sementar itu, menulis menurut sebagian orang adalah suatu hal yang amat sulit dilakukan. Sehingga untuk membangun sebuah hubungan antara buku dan si pembaca perlulah dibuat agar buku tersebut hidup dan berbicara agar memotivasi si pembaca, meyakinkan bahwa menulis bisa dilakukan oleh semua orang, menulis bukanlah suatu hal yang memikirkan kata ‘menulis’nya saja sudah menakutkan.

Disinilah pentingnya bagaimana memberi motivasi kepada si pembaca yang ingin mampu menulis dengan baik dan menarik. Motivasi yang telah terbangun di dalam diri pembaca membuatnya lebih mudah memahami dan merealisasikan kiat-kiat menulis. A Cup Of Tea For Writer menyajikan kisah perjalanan para penulis yang luar biasa. Baik yang dulunya hanya berniat mengisi waktu senggang, ingin terkenal, hingga mencari nafkah. Dari yang memang benar-benar belum pernah menulis sampai yang terbiasa menulis tapi mengalami penolakan dalam menerbitkan tulisan-tulisan mereka.

Widya, sebelum menjadi seorang penulis, adalah seorang wanita karir yang menjabat sebagai sekretaris general manager di sebuah perusahaan swasta. Kejenuhannya terhadap pekerjaan yang ia tekuni saat itu membuatnya kurang tertantang. Bahkan merasa bahwa pekerjaannya amat membosankan. Sampai pada suatu ketika, salah seorang temannya memberikan hadiah sebuah buku yang cukup fenomenal padanya. Buku yang berjudul Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ternyata menyita kemauannya untuk dapat menulis. Rupaya Widya telah dibuat jatuh hati pada tulisan Andrea Hirata. Ia pun tertantang untuk dapat menulis sebgaimana yang dilakukan oleh Andrea Hirata yang dulunya hanya seorang pegawai telkom, namun saat ini hidupnya cukup mapan hanya karna menulis.

Widya kemudian menargetkan bahwa ia harus dapat memegang kendali atas pekerjaannya, ia tidak ingin dikendalikan lagi oleh atasannya. Dengan segala rasa percaya diri-nya, ia mulai menulis sebuah cerpen.  Bahkan temannya terkejut karna Widya bisa menulis. Untuk pertama kalinya, tulisan Widya berhasil dimuat. Namun saat itu hanya mendapat ucapan terima kasih. Hal itu tidak menjadikannya putus asa, justru ia semakin gila untuk terus menulis dan mendapatkan honor. Obsesinya itu kemudian membuahkan hasil. Tulisannya dimuat di majalah Bravo! dan kemudian majalah Gadis.

Namun pada tulisan yang selanjutnya ia gagal. Widya hampir putus asa. Dari kegagalannya itu ia kembali mencoba menulis dan terus menulis. Hingga akhirnya, karyanya berhasil masuk menjadi 10 nominasi terbaik dalam Write Story Contest Erlangga for Kids 2010 yang ia ikuti. Semenjak itu tulisannya terus bertengger di media masa dan telah menghasilkan tulisan dengan total kurang lebih 60 naskah selama kurang lebih 2,5 tahun.

Begitulah kisah Widya dalam perjalannya memulai menjadi seorang penulis. Diproses dari berbagai masalah yang mematangkan pribadi dan mental. Gigih memperjuangkan niat dan usaha untuk sebuah jati diri yang sebenarnya. Menjadi kaya dengan hasil jerih payah berpikir. Dan kaya dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah didapatkan. Mengalami penolakan sekaligus kegagalan. Tapi semua itu adalah batu loncatan untuk meraih kematangan pribadi dan kesuksesan.

Masih banyak lagi kisah dari para penulis yang gigih menekuni profesi yang sering dianggap remeh temeh sebagian orang. Profesi yang masih sering dianggap tidak bisa menghasilkan apa-apa selain menyia-nyiakan waktu. Namun, bukti berkata lain. Kisah inspiratif dalam A Cup Of Tea For Writer telah menunjukkan bahwa menulis itu pekerjaan yang nyaman. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Bahkan bisa dilakukan oleh siapa saja yang berani membuat perubahan. Menulis mampu menorehkan sejarah dan menjadi rekaman dari berbagai peristiwa. Bahkan menulis bisa memberikan pendapatan yang menjanjikan.

Melalui buku ini, pembaca akan belajar dari berbagai kisah yang disajikan. Buku ini akan membawa kita memahami betapa berartinya menulis. Motivasi yang tersirat dan tersurat di buku ini telah dikemas dengan apik oleh para penulisnya. Mereka ingin menunjukkan bahwa menulis bisa dimulai dari mana saja. Bahkan yang tidak berbakat dalam tulis menulis sekalipun. Asal di dalam diri terdapat kemauan dan tekad yang kuat, maka menulis akan menjadi sebuah profesi, bukan sekedar pekerjaan atau tuntutan lagi. Bahkan menjadi hobi, yang tidak akan lengkap manakala kita tidak melakukan kegiatan yang satu itu, yang tidak lain adalah menulis.

Jadi, kembalikan lagi semangat menulis Anda dengan membaca A cup of tea for writer, dan teguk segarnya secangkir teh lewat kisah-kisah inspiratif  di dalamnya. Selamat membaca dan kembali menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline