Lihat ke Halaman Asli

Rich Dad, Poor Dad

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Ayah lihat kaos Bambang Fasya?”. Anak 5 tahun mengaduk – aduk isi baskom.
Yang ditanya menjawab ringan “Nggak. Habis latihan kemaren ditaroh mana?”
Ditanya begitu anak 5 tahun diam seribu bahasa, keningnya mengernyit, masih sibuk mengaduk – ngaduktumpukan pakaian di baskom. Kali ini matanya berkaca – kaca,

(Btw menurut Anda, siapa nama anak 5 tahun ini?
a. Bambang
b. Bambang Fasya
c. Anak ayah
d. Anak – anakan

What … ? pertanyaan apaan, niy? Apa ada games di cerita ini? )
Mendengar anaknya tidak bersuara, Ayah melepaskan pandangan dari layar laptop (waduh … melepaskan pandangan? moga matanya gak ikut lepas … heks). Ayah berjalan cepat ke teras belakang, kearah terakhir suara anaknya berasal. “Kaosnya sudah ketemu?” Ayah melongok ke pintu dapur, pintu bagian belakang rumah.

Anak 5 tahun malah lari ke dalam rumah. Pecahlah tangis itu.

(Menurut Anda, hendak kemanakah anak 5 tahun itu?
a. Beli kaos baru
b. Main kejar – kejaran dengan ayahnya
c. Masuk kamar mandi dan pipis
d. Main game di laptop ayah

Kalo emang ada games, ini games yang aneh yak? Soalnya niy games suka datang tiba – tiba … huff…)

Ayah mencoba melongok (lagi …) ke beberapa ruangan di dalam rumah (berapa ruangan hayo …?) Ayah mencoba menebak – nebak anak 5 tahun itu berada dimana, lalu setengah berteriak memanggil : “ Fasya … Fasya dimana?”

(Nah .. ketahuan sekarang. Anak 5 tahun itu bernama Fasya. Lalu siapakah Bambang yang disebut – sebut tadi? Apakah Fasya meminjam kaos dari Bambang? … halah)

Guess what …? Ayah mendapati Fasya duduk di teras depan dengan isak tangis yang tersendat – sendat. Tanpa menatap mata ayahnya, Fasya menjawab : “Fasya mau sholat dulu, Ayah”.
Fasya mengambil sandal karet biru kesayangannya, menuju gentong kecil berornamen bamboo di samping rumah yang menimbulkan suara “tong … tong” berirama saat bambunya turun, kalau dialiri air dari pompa listrik yang kenopnya tidak bisa dijangkau Fasya. Alat itu bikinan Ayah.
Fasya berwudlu dengan masih sedikit terisak. Fasya masuk rumah. Ayah sedang bersandar di satu sisi gawangan pintu rumah yang terbuka dengan satu lengan memegang gawangan pintu disisi lainnya, halangan itu dilewati Fasya begitu saja (hya iyalahhh … seberapa, siy tingginya anak usia 5 tahun? Jadi jangan berharap ada adegan Limbo disini  )

Fasya yang selesai sholat 2 rakaat langsung dipanggil Ayah yang sedang menunggu di teras depan.

“Tong … tong”

Ternyata ayah menghidupkan pompa itu. Cara khas ayah kalo sedang ingin damai dan santai. “Ayah buatin es jeruk sari”.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline