Kegiatan kampus hari membuat Alina merasa sangat lelah, rasanya ia ingin segera kembali kerumah dan merebahkan diri di kasur kesayangannya.
"Hei Cil yok balik!"
"Lo dari mana aja si, tau gak ini panas banget dan lo baru nyampe?, Lo kemana aja Oncom?
Seperti biasa, lagi-lagi Arhan telat menghampiri Alina di parkiran dan itu selalu membuat Alina kesal. Apalagi Arhan telat menghampirinya karena hobi dia mendekati para primadona di kampus. Dan mau tidak mau Alina harus menunggu Arhan di parkiran daripada harus mengikutinya mendekati para primadona itu, apalagi jika Alina menunggu ditempat lain, so pasti Arhan akan meninggalkannya dan Alina harus merelakan uang jajannya untuk membayar taxi yang cukup menguras dompet mengingat jarak kampus dan rumahnya yang cukup jauh.
Entah ada apa dengan hari ini, saat Alina benar-benar ingin segera sampai ke rumahnya, dari tadi ia selalu bertemu lampu merah yang rasa jauh lebih lama saat terik matahari benar-benar menyengat kulitnya. Dan saat sebal-sebalnya Alina menunggu lampu yang tak kunjung berubah ke warna hijau, tiba-tiba ada seorang pengamen yang menghampirinya sambil membawakan lagu yang membuatnya teringat dengan seseorang yang memiliki tempat tersendiri di hidupnya.
Denganmu aku bahagia
Denganmu semua ceria
Janganlah kau berpaling dariku
Karena kamu cuma satu, untukku
"Ini udah lampu merah yang ke berapa Com, dan setiap lampu merah lo ngasih ke mereka"
"Gak apa-apa, itu kan sama aja ngebantu mereka"
"Heh, masalahnya mereka tu masih sehat, masih bisa cari pekerjaan yang lebih dari itu. Takutnya dari jumlah penghasilan yang cukup banyak mereka jadi malas dan tetap menekuni pekerjaan ini daripada mencari yang lebih layak. Padahal mereka bisa lebih dari ini"
"Lo itu ngomel-ngomel mulu yah dari tadi. Kita kan gak tau, mungkin mereka udah mencoba mencari pekerjaan lain"
Setelah lampu berubah ke warna hijau, Arhan segera melajukan laju kendaraannya. Tapi ia tidak mengarahkan kendaraannya ke rumah Alina, melainkan ke sebuah kafe favorit mereka.
"Loh, kok ke sini si. Aku pengin balik rebahan"
Daripada mendengarkan celotehan Alina yang membuatnya sakit telinga, Arham memilih meninggalkannya di motor dan memesan dua gelas Signature.
"Duduk dan nikmati kopi Lo" titah Arhan pada Alina setelah Alina menghampirinya
"Com, serius gue capp.."
"Ada yang mau lo ceritain?" Arhan memotong ucapan Alina dengan cepat sebelum Alina mengeluarkan keluhannya lagi
"Kepo ah, yok balik gue cape nih. Mau nugas juga mumpung semangat nih"
"Mana ada Alina Putri rajin nugas. Lo itu punya gue, lo bisa ceritain apa aja ke gue. Kalau gue udah gak mau lagi jadi pendengar lo, lo mau cerita ke siapa coba".
Karena desakan Arhan akhirnya Alina mau menceritakan semuanya, dari telepon yang ia terima, hingga suatu berita yang membuat hatinya benar-benar menjadi gundah gulana. Toh memang hanya Arhan sahabat yang dia punya sekarang. Sedangkan 2 sahabatnya yang lain, Fitta dan Rani memilih untuk berkuliah di luar kota dan sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Kringggggg............
"Alin sayang, bangunnnnn. Udah jam berapa ini, bisa-bisanya anak gadis jam segini belum bangun. Udah berapa kali tu alarm bunyi dan kamu masih belum bangun juga. Mama aja yang dengerin sampe pusing. Bener-bener yah nih anak satu, Alinnnnn bangun!"
Setiap pagi, suara mama yang menggelegar sambil ngomel-ngomel selalu terdengar di telinga Alina, dan suara itu akan semakin menggelegar ketika derap langkah mamanya semakin mendekati kamar Alina. Suara mamanya memang lebih ampuh daripada suara banyaknya alarm yang Alina pasang setiap sebelum tidur, sama sekali tidak ampuh untuk membangunkannya. Jam tidurnya yang bermasalah benar-benar membuatnya sulit untuk bangun di pagi hari.
Alina menuruni tangga dengan gaya casualnya. Kaos hitam polos dan celana jeans benar-benarr sangat cocok di tubuhnya, apalagi dengan rambutnya yang di ikat asal dan riasan tipis di wajahnya membuat kecantikannya semakin bertambah. Ia memakan sarapannya dan bergegas untuk menuju ke kampus.
"Alinnn, mama besok harus ke Surabaya selama empat hari, kamu nggak apa-apa kan?. Oh iyaa itu ada yang nunggu kamu di depan"
"Aku udah biasa kok ma"
Tanpa membuang buang waktu lebih lama lagi, Alina menemui seseorang yang dimaksud oleh mamanya itu. Beta terkejutnya Alina saat ia melihat seseorang tersebut. Seseorang yang dengan lantang menyakiti hatinya namun masih bebas berkeliaran di pikirannya, hati Alina pun masih sangat menginginkan dia walaupun kecewa telah mencabik-cabik hatinya. Rasanya tak percaya, seseorang itu kini benar-benar ada dihadapannya.
"Alinnnnn", suara seseorang telah menyadarkan Alina dari lamunannya itu.
"Kamu terkejut yah tiba-tiba aku ada disini. Maaf yah aku nggak bilang-bilang dulu. Aku cuma mau membuktikan kalau aku serius dengan ucapanku kemarin"
"Aku butuh waktu untuk itu Dit"
Dito, mantan kekasih Alina yang telah meninggalkannya hanya karena kata LDR, tapi lebih tepatnya karena ia berselingkuh dengan salah satu teman di kampusnya. Setelah dua tahun Alina berpacaran dengan Dito, Dito dengan mudah meninggalkannya hanya karena seseorang yang baru ia kenal selama lima bulan. Hampir satu tahun sudah Dito hilang dari kehidupannya, dan lagi lagi dengan lantangnya ia kini kembali menemui Alina setelah ia putus dengan pacarnya itu. Dito kembali kali ini karena ia ingin kembali menjalin hubungan dengan Alina. Sesuai ucapannya kemarin, Dito benar-benar membuktikan bahwa ia akan menemui Alina untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungannya yang telah lama ia rusak.
"Cil, lo serius bajingan itu berani-beraninya datang ke rumah lo?"
"Ya lo pikir gue ngehalu gitu"
"Lo gak akan balikan lagi sama keparat itu kan. Ya walaupun lo masih suka tapi jangan bodoh lah"
"Gue gak tau Com, dengan dia gue emang sakit, tapi tanpa dia gue lebih sakit"
"Bodoh lo. Apakah sakit karena meminum racun harus meminum racun sekali lagi untuk sembuh"
"Gue gak tau Com, gue juga gak suka sama perasaan ini. Kenapa setelah apa yang dia lakukan ke gue, gue masih sayang ke dia. Gue juga nggak mau kaya gini, tapi gue bener-bener masih sayang sama dia"
"Terserah lo Lin, intinya gue udah ngomong ke lo" setelah sekian lama Alina kembali mendengar Arhan memanggil ia dengan panggilan Alina, itu benar-benar membuat Alina terluka
"Pliss, lo jangan gitu dong ke gue Com" mohon Alina sambil memegang tangan Arhan dan tak lupa dengan senyum sok imutnya itu.
"Gue buru-buru ada kelas" Arhan begitu saja meninggalkan Alina di tempat, dalam hati Arhan yang terdalam "Aku yang menemani mu disaat terluka, namun kamu kembali memilihnya disaat aku sudah dengan susah payah menyembuhkannya"
Alina tahu, Arhan pasti akan sangat marah saat ia menceritakan bahwa Dito kembali lagi dan ingin kembali lagi menjalin hubungan bersamanya. Alina sudah sangat paham itu, namun lebih baik ia yang menceritakan sekarang daripada ia haru tahu dari yang lainnya. Mendengar nama Dito saja Arhan sudah sangat sebal, mengingat bagaimana dulu Dito menyakiti sahabat yang begitu ia sayangi, dan Arhan lah yang selalu ada disisi Alina untuk mengembalikan senyumnya yang telah hilang dirusak Dito.
Sepulang kampus, biasanya Alina akan menunggu Arhan di parkiran kampus yang begitu panas. Namun berbeda dengan hari ini, Alina mengirimkan pesan ke Arhan bahwa ia tidak akan ikut pulang bersamanya. Arhan begitu kecewa, dan Arhan pun tahu Alina pasti akan menemui Dito.
Dito begitu berusaha keras meyakinkan Alina, bahkan ia berjanji tidak akan menyakiti Alina lagi. Alina yang masih begitu mencintai Dito Akhirnya kembali memberikan kesempatan kepada laki-laki yang masih menempati hatinya kini. Alina sangat percaya bahwa Dita benar-benar akan berubah.
"Sayang, makasih yah kamu udah memberikan aku kesempatan kedua. Aku janji aku nggak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi"
Entah apa yang ada di pikiran Alina, yang Alina tau ia masih mencintai Dito dan tetap ingin bersama Dito. Alina sama sekali tidak ingin memikirkan bahwa Dito akan melakukan kesalahan yang sama lagi. Yang ia tahu saat ini ia sedang bahagia.
"Lo serius balikan sama dia?" Tanya Arhan tak lama setelah ia menghabiskan makanannya
"Gue mau kasih satu kali kesempatan lagi buat dia, gue percaya dia telah benar-benar menyesali perbuatannya"
"Lo bodoh apa gimana si Cil. Dia ninggalin lo demi sia Nindy Nindy itu, dan setelah dia putus dari Nindy dia langsung minta balikan so lo gitu?"
"Awalnya gue juga mikirin itu sih, tapi setelah gue dengerin semua penjelasan dia, gue berusaha untuk memberikan kesempatan sekali lagi buat dia"
"Terserah lo deh" ucap Arhan yang sudah bosan menasehati sahabatnya yang benar-benar bucin ini. Katanya saja mau move on dan sudah melupakan. Tapi baru diajak balikan aja sudah langsung runtuh itu kata move on.
"Eh itu dia Dito, gue pergi dulu ya Com" setelah melihat Dito mendekat Alina langsung buru-buru menghampiri Dito
Siang ini Dito ingin mengajak Alina menonton bioskop berhubung besok Dito sudah harus kembali ke Solo untuk berkuliah. Mereka memilih menikmati film romantis yang sedang booming saat ini. Sambil menunggu filmnya mulai, mereka berdua memilih itu menikmati coffee di sebuah kafe yang berbeda di bioskop tersebut.
"Yang, kita foto yok"
"Ayokkk, bagus juga foto disini"
"Yang, kita upload foto ini yah, kita taruh di feed Instagram kita" ucap Alina dengan semangat
"Sayangggg, maaf yah bukannya aku nggak mau buat upload foto kita berdua. Tapi kan kamu tau sendiri kalau dari dulu aku nggak suka hubungan yang terlalu dipamerkan di media massa, ini hubungan kita yang menjalani, jadi suka duka dalam hubungan ini ya hanya kita yang tahu.
Sejujurnya Alina sedikit kecewa dengan jawaban Dito yang menolak untuk memposting foto kebesaran mereka di Instagram masing-masing, namun ia mencoba untuk tetap menghargai Dito. Toh memang dari dulu Dito sangat privasi terhadap hubungannya, dan lagi pula ini hari terakhir Dito bersda di Jakarta, daripada harus berdebat karena sebuah foto Alina lebih memilih untuk diam dan menikmati setiap momen yang mereka lakukan.