Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Dia

Diperbarui: 3 Mei 2020   06:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dia memiliki indra yang lebih tajam dari siapapun. Dia sedang mengujimu sambil menari. Mengamatimu dari langit sambil tersipu. Dia adalah seseorang yang jauh lebih mengenalmu sebelum kamu dilahirkan. Sebelum kamu mengenal sang bayu. Berjalanlah terus, jangan menoleh. Jangan hiraukan bila ada sayap yang patah. 

Tenanglah... Ada Dia yang menjadi tongkat. Jangan hiraukan orang lain. Yang mencaci belum tentu yang lebih baik. Bukankah Dia mengajarkan kita untuk menjadi pelayan. Bukan menjadi tuan. Abaikan mereka yang membecimu, di dunia ini langit tak selamanya benderang. Tapi tak selamanya juga kelam. 

Akan selalu ada masa depan, bagi mereka yang berharap. Jika kau lemah, kuatkan dengan doa. Yang berada di atasmu, bukanlah jaminan ia lebih suci. Bukan jaminan ia lebih indah, belum tentu doanya yang komat-kamit sampai ke hatiNya. Ingat saja, bahwa doa orang berdosa lebih berarti, dari pada orang farisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline