Lihat ke Halaman Asli

Transplantasi Organ Berbahaya Menjadi Penyebab Kanker?

Diperbarui: 25 September 2017   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang transplantasi organ, mari kita lihat apa yang dimaksud dengan organ itu sendiri. Organ adalah kumpulan jaringan yang membentuk kesatuan dan berfungsi untuk melakukan tugas spesifik. Organ yang dimaksud, contohnya seperti jantung, paru-paru, hati, dan lain-lain. Mereka disebut organ karena banyak jaringan yang membentuk mereka, tapi tujuan kerja organ sama.

Transplantasi organ dilakukan untuk mengganti organ lama dengan yang baru. Bagaimana caranya? Dengan memindahkan organ dari orang lain ke tubuh orang yang membutuhkan. Biasanya orang yang melakukan hal ini sedang sekarat dan harus segera diganti organnya yang lama agar bisa melanjutkan hidup.

Nah, sebenarnya seperti apa sih asal-usul ditemukannya metode transplantasi organ? Transplantasi organ pertama yang tercatat terjadi pada abad ke-2 SM. Salah satunya, dokter bedah India, Sushruta melakukan transplantasi kulit pada hidung dengan mengganti kulit hidung seseorang dengan yang lain. Transplantasi organ juga sering kali gagal, dan kegagalan pertama karena penolakan organ oleh tubuh penerima, adalah cangkok kulit oleh dokter bedah Itali, Gasparo Tagliacozzi. Peristiwa ini menjadi catatan penting dalam perkembangan metode ini.

Percobaan transplantasi paling penting tercatat pada awal abad ke-20 yang dilakukan oleh Alexis Carrel, ahli bedah dari Perancis. Percobaan yang dia lakukan adalah transplantasi pembuluh darah arteri dan vena. Carrel juga menjadi orang pertama yang meneliti penolakan organ baru oleh tubuh, masalah yang harus dihadapi saat setelah transplantasi. Usaha ini membuatnya berhasil meraih hadial Nobel pada tahun 1912.

Organ utama lain yang sering ditransplantasikan adalah paru-paru yang dilakukan pertama kali pada tahun 1962 oleh James Hardy, dari Mississippi, AS. Paru-paru diambil dari donor yang sudah meninggal dan dicangkokkan ke tubuh pasien yang menderita kanker paru-paru. Resipien bertahan hidup selama 18 hari sebelum akhirnya gagal ginjal.

Akhirnya pada tahun 1954, transplantasi ginjal oleh Dr. Joseph Murray berhasil untuk pertama kalinya. Keberhasilan ini dapat menarik perhatian karena yang di pindahkan adalah organ dari tubuh kembar, tubuh mereka tidak menolaknya. Dapat disimpulkan bahwa yang mengurangi resiko penolakan organ baru yaitu dengan memindahkan organ yang memiliki kesamaan, contohnya anak kembar atau tipe sel darah yang sama.

Tapi resiko untuk terjadinya penolakan tetap ada, maka Murray mencoba dengan menggunakan obat imunosupresif saat operasi. Setelah memakai obat itu dalam operasinya, dia menemukan fakta bahwa obat ini bisa membantu mengurangi penolakan oleh tubuh pada organ yang baru.

Bagaimana cara kerja obat ini? Salah satu obatnya adalah cyclosporine, obat ini membantu tubuh untuk beradaptasi dengan organ baru. Tapi kelemahan obat ini, menjadikan melemahnya sistem imun tubuh, hal ini dapat melangsungkan terjadinya serangan virus atau bakteri dan tubuh tidak dapat melindungi dari virus atau bakteri tersebut.

Hal lain yang menjadi resiko transplantasi organ adalah terinfeksinya organ baru yang masuk ke tubuh pasien. Dalam hal ini, kemungkinan terjadinya sangat kecil, tapi dalam sejarah transplantasi ini tetap terjadi meninggalnya sesorang karena organ barunya itu telah terinfeksi sebelum masuk ke tubuhnya. Jadi, banyak sekali yang bisa menjadi penyebab kematian sesorang karena metode ini.

Tapi selain masalah-masalah yang terjadi tersebut ada satu hal yang cukup menakutkan bagi kita, yaitu penyakit kanker. Kepala penelitian Eric Engles dari Institut Kanker Amerika mengatakan resiko terkena kanker pada pasien penerima organ akan meningkat secara berlipat setelah dua tahun melakukan transplantasi. Tetapi, dari beberapa kanker yang tumbuh, tidak ada kaitan langsung dengan organ baru yang ditransplantasi. Dalam hal ini, pada banyak kasus, ditemukan kanker yang menyerang pasien penerima organ adalah lymphoma non-Hodgkin, kanker yang tumbuh pada sistem limfatik tubuh. Kanker ini mengakibatkan penderitanya memiliki kekebalan tubuh yang lemah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat mau melakukan transplantasi organ adalah kesehatan pendonor dan penerima donor organ ini, hal ini harus dilakukan agar tidak ada kesalahan terhadap organ yang akan di cangkokkan. Misalnya, jika organ sudah terinfeksi atau ketidakcocokan darah. Tentunya transplantasi organ pada anak dibawah umur harus bersama dengan orang tua atau wali, lebih spesifiknya lagi, kita harus memantapkan diri akan melakukan hal ini atau tidak, salah satunya dengan cara berbicara pada keluarga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline