Lihat ke Halaman Asli

Awas, Sombong Ada di Mana-mana..!

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Pada dasarnya kita semua tidak suka dengan orang sombong, somse, belagu, arogan atau senga. Kita pun tak mau menjadi sombong bukan ? Namun pada kenyataannya, dalam kehidupan sehar-hari dan tanpa kita sadari, virus sombong ini sering menjangkiti kita, tak perduli suku, agama dan batas usia.

Di tingkat terbawah, sombong sering disebabkan karena faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih cantik, dan lebih terhormat daripada orang lain. Di tingkat kedua, sombong sering disebabkan faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, lebih bijaksana dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain. Di tingkat ketiga, sombong sering disebabkan faktor kebaikan. Kita seringkali menganggap diri kita lebih berakhlak, lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan ini, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi akan sangat mudah terlihat tetapi sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih yang halus di dalam hati kita.

Akar dari kesombongan ini adalah EGO yang berlebihan dan tidak pada tempatnya. Pada tataran yang wajar, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence). Namun, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Bahkan, seringkali batas antara bangga dan sombong tak terlalu jelas.

Seseorang yang bangga dan mengungkapkan dgn kata ; "Alhamdulilah.. aku sudah punya HP baru lagi" , dibilang " sombong amat sih loe ..!". Orang yg menolak cinta secara halus ; "Maaf, saya belum berpikir untuk pacaran/nikah", dibilang ; "sombong amat, jual mahal, kayak kecakepan aja ..!". Begitu juga orang yg merasa yakin (PeDe) atau percaya diri.

Bahkan orang pendiam pun kadang-kadang sering dikatakan sombong, padahal memang sudah sifatnya dan wataknya yg tidak suka banyak bicara. Begitu juga orang Minder (kurang PeDe), yang lebih suka menghindar karena merasa kurang mampu dalam sesuatu hal , juga dikatakan sombong.

Karena begitu kaburnya batas antara ungkapan-ungkapan tsb dengan virus penyakit SOMBONG alias SOMSE, alangkah baiknya kita lebih bijak dan hati-hati lagi untuk mengungkapan perasaan bangga, penolakan dan keyakinan kita tsb, khususnya kepada orang-orang yg tidak dekat (jauh) hubungannya dengan kita ( atau mood nya lagi nggak IN ), karena kita tidak suka dibilang sombong bukan ?

Namun perlu diingat, penyakit utama kesombongan adalah sebuah paradoks ; banyak orang menyombong dengan mengatakan "Saya Tidak Sombong". Orang sombong tidak banyak teman .

Memang ternyata "Sombong" ada dimana-mana dan sulit dihindari ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline