Saya sangat mengapresiasi program pemerintah dalam bentuk apapun yang memiliki tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, salah satunya yaitu dengan misi menambah jumlah doktor dengan harapan kualitas pengajaran, pendidikan dan riset bertambah.
Saya juga sangat mengapresiasi dengan banyaknya jumlah pendanaan beasiswa baik sarjana maupun pascasarjana walaupun jumlah tersebut masih belum bisa menampung kebutuhan semua yang membutuhkan beasiswa tersebut.
Pada tulisan ini saya ingin fokus ke beasiswa BPPDN karena mungkin saya mengalami langsung kisah hiruk piruk beasiswa ini. Program beasiswa BPPDN ini memiliki tujuan yang sangat baik dan tentunya sangat bermanfaat bagi yang mendapatkanya.
Kebetulan saya belum rezekinya mendapatkan beasiswa ini, dan saya menerima itu dengan lapang dada, dari jurusan saya sendiri, tiga orang yang mendapatkanya, dan secara pribadi saya mengucapkan selamat kepada semua yang berhasil mendapatkan beasiswa ini.
Sejauh ini, dari sudut pandang manapun sebenarnya ga ada yang salah dari beasiswa ini, cuman pandangan saya yang merasakan dan melihat dari sudut pandang di bawah, permasalahanya adalah pengumuman beasiswa ini dilakukan setelah calon penerima beasiswa melakukan registrasi dimana otomatis pembayaran semester pertama harus dilakukan.
Mungkin rekan-rekan dosen banyak yang galau disini mengenai hal tersebut karena ada mungkin unsur "perjudian" didalamnya.
Pilihan pertama, ada yang memilih tidak mau mengambil resiko dengan tidak melakukan registrasi, ini aman, namun ada juga pilihan kedua yang mengambil resiko melakukan registrasi dengan penuh harapan beasiswa BPPDN dapat diterima. Saya ingin bercerita tentang pilihan yang kedua ini.
Tidak semua dosen atau calon dosen kaya, mapan dan rupawan yang mampu membayar registrasi tersebut, beberapa mungkin ada yang melakukan pinjaman entah ke bank, rekan, keluarga, dsb, demi harapanya untuk bisa mengikuti program doktor sambil berharap mungkin diganti oleh beasiswa. Bagi yang kasus seperti itu dan diterima beasiswa, itu ga masalah.
Permasalahan timbul bagi dosen seperti saya, yang ga kaya, sedikit rupawan, tapi nekat melakukan registrasi dan beasiswa BPPDN tidak lolos, huh itu rasanya ga bisa diungkapkan (cung yang senasib!). Solusinya bagaimana?
Pertama anda bisa mengundurkan diri menjadi mahasiswa doktor dan mengikhlaskan uang spp yang telah anda bayarkan (solusi paling mudah dan rasional, kenapa dibilang mudah dan rasional?
Yah bayangin aja apa anda sanggup bayar spp+bayar biaya hidup anda dan keluarga anda+bayar sekolah anak+bayar cicilan, sementara ruang anda untuk cari duit terbatas karena anda harus fokus kuliah dan riset, apalagi mesti jurnal scopus q1 atau q2 yang membutuhkan full time), kadang kita harus menurunkan ego kita, jangan sampai ngotot kuliah tapi dapur berantakan dan kebutuhan materi keluarga terbengkalai.