Lihat ke Halaman Asli

Keberhasilan Diplomasi Kohesif Sang Penguasa Granada Pertama dalam "Meruntuhkan" Islam

Diperbarui: 31 Oktober 2019   04:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Granada, sumber: www.musement.com

Entah karena besarnya kekuatan cinta Ferdinand dan Isabella yang melegenda akibat kekompakannya, ataukah karena ketamakan Muhammad yang ingin merebut tahta dari sang Raja --ayahnya sendiri untuk segera mendapatkan gelar Raja.

Kerajaan Islam di Spanyol ini berdiri karena rasa ke-bertahan-an yang kuat akan sisa sisa dinasti Umayyah yang sempat sangat berjaya pada masanya sebelum akhirnya runtuh. Menyisahkan banyak kisah pilu sebelum runtuhnya, setidaknya kerajaan ini membekas dan dapat melahirkan bukti-bukti Islam di Spanyol.

Alasan yang menjadikannya tetap 'ada' untuk beberapa lama adalah karena Toleransinya dan hidup berdampingan yang sangat kuat didalamnya. Mengutip dari pendapat Maria Rosa Menocal, spesialis sastra Liberia di Universitas Yale bertutur bahwa sikap toleransi merupakan sesuatu yang telah mendarah daging bagi masyarakat Spanyol, khususnya Granada.

Jika menilik lebih lanjut, bahwa telah ada unsur modern yang melekat dalam tata cara bermasyarakatnya. Yang menjadi sorot utama adalah sikap hidup berdampingan masyarakt Muslim dan non-Muslim disana. Yang mana Yahudi dan Kristiani dalam hukum Islam ditetapkan sebagai dzimmi.

Mereka bebas untuk menjalankan ajaran agama dan tidak dipaksa untuk masuk Islam, namun kewajiban membayar pajak merupakan suatu keharusan. Beberapa ahli bahkan berkata bahwa, bahwa Islam memperlakukan kaum minoritasnya lebih baik daripada yang terjadi di Eropa Barat.

Setidaknya hal ini adalah suatu kebanggaan yang telah diusahakan oleh Raja terdahulu. Hingga munculnya suatu gesekan kecil didalam 'istana', bahwa Muhammad berencana menjatuhkan tahta ayahnya. Dengan bersekutu kepada Raja Ferdinand dari Aragon yang memiliki Istri seorang ratu bernama Isabella dari Kastilia.

Ia meminta bala bantuan untuk segera menjadikannya raja dan menjanjikan untuk bekerja sama tentang wilayahnya. Dalam melakukan negosiasi dengan para penguasa yang dapat dikatakan licik.

Pada hakikatnya ia hanya mengulang cerita lama akan suatu ketamakan dan kegagalan diplomasi serta mempertahankan kedaulatannya saja.

Dalam negosiasi yang sedang berlangsung saat itu, cerita yang paling terkenal adalah bahwa kecerdikan Ferdinand dan Isabella dalam menjalankan diplomasi kohesifnya.

Mereka 'mengasuh' anak Muhammad dalam gendongan Isabella ketika Ia (Muhammad) sembari mendekatinya bertekuk lutut untuk memberikan kunci --setelah ia berhasil membunuh ayahnya. Dari ini, maka Isabella dan Ferdinand meberlakukan tiga ketentuan bagi umat Islam.

  • Umat Islam untuk memeluk agama Kristen
  • Apabila tidak ingin, maka mendapat hukuman
  • Dipersilahkan untuk meninggalkan Granada

Dalam suatu kisah yang telah banyak didengar bahwa, ketika umat Islam berduyun-duyun meninggalkan kota mereka yang dahulu terkenal akan toleransinya, mencapai bukit dan menoleh kebelakang memandang kota Granada yang mana Islam pernah berjaya diatasnya harus jatuh ketangan 'sekutu'.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline